Iran Bantah Tuduhan Amerika Terkait Pengiriman Rudal ke Rusia: Posisi Kami Tidak Berubah

TRIBUNNEWS.COM – Iran membantah laporan pihaknya mengirim senjata ke Rusia untuk berperang melawan Ukraina.

Laporan tersebut pertama kali muncul di media Amerika Serikat, The Wall Street Journal (WSJ).

WSJ mengatakan laporannya didasarkan pada bukti yang diberikan oleh pejabat AS dan Eropa.

Sebelumnya, pemerintahan Joe Biden di AS sempat mengancam akan bereaksi keras jika Iran mengirimkan senjata ke Rusia.

Bulan lalu, Reuters melaporkan bahwa Iran berencana mengirim ratusan rudal balistik jarak pendek Fath 360 ke Rusia.

Namun, dalam pernyataan yang dibagikan kepada Newsweek, misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Iran belum memasok senjata ke Rusia atau Ukraina.

“Posisi Iran terhadap konflik di Ukraina tetap tidak berubah,” kata misi Iran.

“Iran menganggap memberikan bantuan militer kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, yang mengakibatkan meningkatnya korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan keluar dari perundingan gencatan senjata adalah tindakan yang tidak manusiawi.”

Oleh karena itu, Iran tidak terlibat dalam tindakan tersebut, namun telah meminta negara lain untuk berhenti memasok senjata kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Drone kamikaze buatan Iran, Shahed-136. (adalah)

Para pejabat AS dan Eropa sebelumnya menuduh Iran memasok drone ke Rusia.

Drone Shahed Iran, yang dikenal sebagai “drone bunuh diri”, sering terlihat digunakan oleh militer Rusia.

Dalam contoh terbaru, angkatan bersenjata Ukraina mengumumkan pada hari Jumat bahwa penembak anti-pesawat mereka menembak jatuh sebuah drone Shahed di wilayah Kiev.

Para pejabat Iran sebelumnya mengakui mengirim beberapa drone ke Rusia pada awal perang.

Namun, dia mengatakan hingga saat ini belum ada kesepakatan baru yang dicapai.

Sementara itu, AS dan negara-negara NATO lainnya terus memberikan dukungan militer kepada Ukraina, termasuk sistem rudal, tank, dan jet tempur.

Menurut para pejabat Rusia, bantuan dari Barat memicu perang dan meningkatkan risiko konfrontasi lebih lanjut.

Iran dan Rusia telah memperkuat hubungan selama dekade terakhir.

Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendukung pasukan pemerintah di Suriah untuk melawan pasukan pemberontak (yang sebagian didukung oleh AS), seperti kelompok militan Negara Islam (ISIS).

Hubungan tersebut berlanjut sejak Rusia melancarkan konflik skala besar melawan negara tetangga Ukraina pada Februari 2022.

Iran telah berupaya membeli pesawat Rusia, khususnya jet Sukhoi Su-35, dan telah menyatakan minatnya untuk membeli sistem pertahanan udara canggih.

Meskipun Iran telah banyak berinvestasi dalam memperluas produksi senjata ofensif dan defensif di dalam negeri, kekhawatiran mengenai keamanan nasional telah meningkat sejak perang di Gaza dimulai.

Iran mendukung Hamas dan beberapa faksi Poros Perlawanan lainnya yang beroperasi melawan Israel.

Iran berjanji akan melancarkan serangan langsung terhadap Israel setelah kematian kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli.

Pejabat Israel mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Iran.

Sejauh ini, setidaknya 40.878 orang telah tewas dan 94.454 orang terluka dalam perang Israel di Gaza, Al Jazeera melaporkan.

Pasukan Israel terus menyerang Jalur Gaza dan wilayah lain di Tepi Barat.

Baru-baru ini, Israel mengatakan pihaknya menyerang sekolah Halima al-Sadia di Gaza utara, di mana delapan warga Palestina dilaporkan tewas di tenda penampungan.

Lima orang tewas di kamp pengungsi Nusirat di Gaza tengah.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *