Iran Bangun Tembok di Perbatasan Afganistan

Tembok beton setinggi empat meter dan panjang 74 km yang dilengkapi kawat berduri akan dibangun di tempat yang dulunya merupakan jalur penyelundupan di perbatasan Afghanistan. Oleh karena itu, Dewan Keamanan Nasional Iran telah mengalokasikan sekitar tiga miliar euro untuk tujuan ini.

Angkatan bersenjata mempunyai wewenang untuk memperkuat perbatasan di provinsi Razavi Khorasan. Menurut kantor berita IRNA, pekerjaan tersebut akan berlangsung sekitar tiga tahun.

Menurut pemerintah Teheran, wilayah Khorasan di timur laut Iran, yang terbagi menjadi tiga provinsi, merupakan tujuan utama penyelundupan dan migrasi ilegal.

Iran dan Afghanistan sebenarnya berbagi perbatasan sepanjang 950 km. Beberapa orang melakukan perjalanan melalui pegunungan tinggi dan gurun. Kesulitan-kesulitan ini tidak menyurutkan semangat banyak pengungsi yang melintasi perbatasan secara ilegal untuk menghindari perang saudara, kemiskinan atau pemerintahan Taliban di Afghanistan. Risiko serangan ISK di Iran

Situasi keamanan di perbatasan Afghanistan semakin memburuk sejak Taliban menguasainya. Pada tahun 2021, tim kedua negara saling bertukar tembakan. Ketegangan ini diyakini membuka jalan bagi kelompok teroris Negara Islam (ISK) untuk masuk ke Iran. Selama tiga tahun terakhir, ISK telah melakukan beberapa serangan teroris di negara tetangga.

Pada awal Januari 2024, dua ledakan di kota Kerman menewaskan 89 orang. ISIS mengaku bertanggung jawab, seperti yang terjadi pada Oktober 2022, yang menyebabkan puluhan orang tewas dalam serangan di kota Shiraz.

Seperti Taliban, ISIS mengikuti ideologi fundamentalis Sunni yang memandang Syiah sebagai sekte sesat. Sejak pergantian kekuasaan di Afghanistan, tentara Iran secara aktif memperkuat keamanan perbatasan. Meski demikian, penyeberangan perbatasan ilegal masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hampir 4,5 juta pengungsi dari Afghanistan

Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, UNHCR, Iran saat ini menampung sekitar 4,5 juta pengungsi dari Afghanistan. Setidaknya satu juta dari mereka tiba setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan tahun 2021, namun hanya 50.000 orang yang secara resmi terdaftar sebagai pengungsi.

Kebanyakan orang enggan mendaftar karena takut dideportasi. Kedekatan budaya dan bahasa memudahkan pengungsi Afghanistan untuk berbaur dan menghilang dari pandangan pihak berwenang Iran. Namun, mereka yakin sebagian besar pengungsi tidak ingin tinggal, melainkan hanya singgah dalam perjalanan menuju Eropa.

Türkiye, tetangga barat Iran, menyadari situasi ini. Alhasil, pemerintah Ankara membangun tembok setinggi tiga meter di sepanjang 170 km dari 560 km perbatasan kedua negara. Dinding sumber

Iran telah berencana membangun tembok di perbatasan selama tiga puluh tahun. Proyek konstruksi pertama dimulai pada tahun 1992. Tembok sepanjang 30 km kemudian dibangun di provinsi Sistan-Balochistan, yang dimaksudkan bukan untuk mencegah migrasi, melainkan untuk mencegah penyelundupan bensin dari Iran ke Afghanistan dan sebaliknya opium dari Afghanistan ke Iran.

Namun, tembok dibangun memanjang hingga ke wilayah Iran. Pasalnya, terdapat hampir 2.000 hektar lahan pertanian Iran di antara perbatasan Afghanistan. Mereka bisa melintasi tembok dan bertani.

Namun, para petani sering kali menjadi sasaran Taliban, yang menganggap tembok itu sebagai penanda perbatasan dan yakin mereka beroperasi di wilayah mereka. Menurut laporan, mesin petani Iran sering dieksploitasi dan disita.

“Tembok ini bukan tembok perbatasan atau tembok keamanan,” keluh Mohammad Sargazi, anggota parlemen provinsi Sistan-Balochistan, dalam sebuah wawancara dengan pers Iran. “Tembok ini hanya mempersulit hidup petani Iran,” lanjutnya. Anggota parlemen provinsi lainnya bahkan menuntut pembongkaran tembok tersebut.

Rzn/as

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *