IPW Sebut Penyidik Awal Tangani Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Tak Profesional, Perlu Diaudit

Laporan reporter Tribunnews.com, Ilham Riyan Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia Police Watch (IPW) menilai kelompok penyidik ​​​​yang menangani pembunuhan dan pemerkosaan Vina Devi Arsita atau Vina Cireban dan kekasihnya Muhammad Rizki alias Eki di Sirban tidak bertanggung jawab.

Ketua IPW Bapak Sugeng Teguh Santoso mengatakan, tim penyidik ​​yang mulai menangani kasus Wina Cireban harus diselidiki.

“Ini yang menjadi permasalahan dalam kasus Vina, ini merupakan permasalahan yang perlu didalami yaitu tim penyidik ​​pada tahun 2016. Ini menjadi permasalahan karena kerja tim penyidik ​​pada tahun 2016 dinilai tidak etis, dengan perilaku yang tidak baik. . ,” katanya. Sugeng di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Senin (27/5/2024).

Sugeng membenarkan, polisi akan menyiapkan daftar orang yang dicari (DPO) terkait kasus tersebut.

Menurut dia, polisi hanya memberikan sedikit informasi mengenai identitas DPO tersebut.

“Mengapa ketiga DPO tersebut dilepas dengan pengakuan yang kurang? Ini yang menjadi pertanyaan. “Untuk mengenali seseorang sebagai DPO, harus yakin bahwa ada kasus hukumnya, ada kasus hukumnya, dan jelas identitasnya, terutama secara fisik. ,” dia berkata.

Selain itu, Sugeng membenarkan prosedur kepolisian dalam menyelesaikan jika hanya ada satu DPO dalam kasus tersebut.

Untuk itu, dia merekomendasikan penyidikan kepada penyidik ​​kepolisian yang mulai menangani kasus tersebut.

“Yah, katanya hanya ada satu. “Kalau benar Polri punya tanggung jawab melihat tim penyidik ​​pada 2016, siapa tim penyidik, presiden harus bertanggung jawab,” ujarnya.

Di sisi lain, IPW menegaskan, Polda Jabar harus bertanggung jawab dalam menjalankan undang-undang tersebut.

Mulai dari melakukan proses hukum dari segi prosedur hingga penghormatan hak asasi manusia (HAM) dalam menangani persoalan pembunuhan di luar proses hukum.

Jadi begini, terdakwa yang diperiksa berhak menolak atau menolak mengaku. Oleh karena itu, saya selalu sampaikan agar Polda Jabar yang dipimpin Bareskrim harus menegakkan hukum secara bijak, kata Sugeng.

“Apa itu akuntabilitas? Artinya bersikap profesional, mengikuti aturan, dan menghormati hak masyarakat, tambahnya.

Pak Sugeng mengatakan bahwa untuk menghormati hak asasi manusia, salah satu yang baru ditangkap, Peggy yang disebut Perong, harus diwakili secara hukum.

Lebih lanjut, Pegi menyebut Perong dalam keterangannya mengaku menggali dan tidak dibunuh.

Soal penghormatan HAM, Peggy Setiawan menyebut Perong harus mencari pengacara yang andal, bukan pengacara abal-abal, agar hak-haknya terlindungi, kata Pak Sugeng.

Tak hanya itu, Sugeng mengingatkan Polda Jabar agar tidak bersikap brutal dalam pemeriksaan.

“Peggy menyebut Perong harus berhenti melakukan hal-hal yang menyakitinya, terutama fisik, agar bisa dikenali, hal itu dibantahnya dalam jumpa pers kemarin pagi,” ujarnya.

Caranya dengan menganalisis kejahatan, perilaku, dan bukti-bukti ilmiah secara ilmiah. Jadi jawabannya bisa polisi sudah melindungi hukum dengan baik dalam hal ini, imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *