TRIBUNNEWS.
Namun, alih-alih ke ruang kelas masing-masing, ratusan siswa SD Segoroyo malah berkumpul di halaman sekolah. Mereka duduk melingkar sesuai kelas masing-masing.
Para siswa langsung mengeluarkan makanan buatannya tanpa memesan. Suasana mendadak heboh. Masing-masing dari mereka menunjukkan makanan yang mereka bawa dan mengucapkan selamat.
“Aku cari tuna Ivac. Bekalnya apa (aku bawa tuna. Bekalnya apa?”) tanyanya.
“Gudang sayurku lau bandeng lalu buah pepaya (aku akan membawa sayur gudangan yang jadi lauk bandengnya, dan buah berikutnya pepaya),” jawabnya.
Kemudian keributan berhenti dan guru serta wali kelas bergabung dengan siswa. Mereka duduk bersila di kelas dan sarapan bersama. Kegiatan makan sayur, ikan, dan buah-buahan (germasaribu) di SDN Segoroyoso Bantul sebagai intervensi gizi pada siswa.
Ya, ini hari Rabu. Pada hari itu, siswa SD Segoroyo membawa bekal makanan dan makan bersama sebelum pelajaran dimulai.
Kegiatan yang diberi nama Germasaribu yang mengacu pada kecintaan makan sayur, ikan, dan buah-buahan ini akan berlangsung seminggu sekali, setiap hari Rabu, mulai tahun 2023.
“Germasaribu ini salah satu program pemberian makanan di sekolah,” kata Fitriyatun, guru SD Segoroyoso. Kegiatan ini merupakan pendidikan kesehatan, pendidikan gizi dan intervensi gizi dengan sasaran 201 siswa sekolah dasar di Segorroyoso.
“Jadi setiap hari Rabu kami minta siswa membawa bekal seperti nasi, sayur mayur, ikan, dan buah-buahan. Jika ada siswa yang tidak bisa makan ikan karena keadaan, mereka dapat menggantinya dengan makanan lain seperti telur atau ayam. kata Fitri.
Fitri juga menjelaskan, program gizi SDN Segoroyoso disebabkan oleh ditemukannya kasus gizi buruk pada banyak siswanya. Gizi buruk adalah suatu keadaan dimana gizi tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari tubuh, baik zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin, mineral) yang kurang atau berlebih.
Dalam menilai status gizi siswa, sebagai acuan sekolah mengacu pada Pasal 2, Pasal 4, Ayat 1, Ayat e Standar Antropometri Anak Kementerian Kesehatan RI Tahun 2020. Permenkes menjelaskan standar antropometri yang digunakan pada anak usia 5 hingga 18 tahun adalah indeks massa tubuh menurut usia (BMI/U).
Pada anak usia 5 sampai 18 tahun, indeks massa tubuh digunakan untuk mengetahui kategori gizi kurang, gizi kurang, gizi kurang, dan obesitas. Hingga 3 November 2023, terdapat 20 siswa di SD Segoroyo yang tergolong gizi buruk.
Seorang guru kelas III perempuan: “Alasannya bermacam-macam, mulai dari tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, kondisi sanitasi hingga anak yang kesulitan makan.”
Tak ingin menunda-nunda, pihak sekolah pun mengadakan berbagai program gizi. Salah satunya adalah kegiatan Germasaribu untuk seluruh siswa. Program Tellurisasi Dua siswa SD Segoroyoso Bantul memakan telur yang disediakan sekolah pada saat Program Tellurisasi. Tellurisasi merupakan kelanjutan dari program One Day Egg atau 1 Hari Telur yang dilaksanakan JAPFA di sekolah-sekolah pada tahun 2022.
Tidak sampai disitu saja, siswa yang termasuk dalam kategori gizi buruk juga mendapatkan intervensi tambahan melalui kegiatan tellurisasi. Seminggu sekali, sekolah menerima satu butir telur rebus.
“Mengapa memilih telur? Pertama, harganya murah dan mudah.
Menurut Fitri, telur tersebut merupakan lanjutan dari program Egg-a-day atau 1 hari telur yang dilaksanakan JAPFA di sekolahnya pada tahun 2022.
Program diawali dengan pemeriksaan status gizi untuk mengidentifikasi mereka yang mengalami gizi buruk. Dalam hal ini JAPFA melibatkan pihak sekolah dan Puskesmas Pleret sebagai tim ahli untuk mengukur status gizi siswa di SD Segoroyo.
Seluruh siswa gizi buruk mendapat intervensi berupa telur dari JAPFA. JAPFA memberikan telur setiap hari selama tiga bulan untuk meningkatkan status gizi siswa penerima manfaat.
“Hasilnya, status gizi banyak siswa peserta program ‘Telur Sehari’ mengalami peningkatan, sehingga kami merasa perlu untuk melanjutkan program secara mandiri bahkan setelah dukungan JAPFA berakhir,” jelasnya.
Program gizi lain yang dilaksanakan di sekolah dengan dukungan JAPFA adalah Makan Sehat. Pada program ini kantin SDN Segoroyoso memasak dan menyediakan menu bergizi sehat tanpa menggunakan bahan pengawet.
Oleh karena itulah jarang ditemui junk food atau makanan kemasan di kantin SD Sehat Sehat. Sekalipun Anda menjalankan restoran sehat, tidak ada pedagang kaki lima yang menjual makanan di luar sekolah selama liburan.
“Kami meminta siswa membawa botol air sendiri untuk mengurangi sampah plastik,” ujarnya.
Fitri menjelaskan, pihak sekolah selalu memantau dan mengevaluasi menu kantin sehat.
“Di restoran sehat, kami mengingatkan pedagang ketika melihat makanan yang tidak sehat, dan kami juga meminta mereka mengganti makanan yang dijualnya, agar anak-anak tidak bosan dengan menu yang itu-itu saja,” jelas Fitri. Tempat makan sehat di SDN Segoroyoso Bantul menjual berbagai macam makanan.
Dengan demikian, keuntungan dari kegiatan makan sehat sekolah tersebut digunakan untuk membeli telur.
Mereka juga mengatakan, ketersediaan restoran sehat mengurangi risiko penyakit akibat makan sembarangan.
Fitri masih ingat banyak mahasiswa yang mengeluh sakit perut saat tidak tersedia Makanan Sehat. Sementara itu, saat ini jarang sekali hampir tidak ada siswa yang bolos sekolah karena sakit perut.
Sekolah juga mengadakan hari pasar dua mingguan. Dalam kegiatan ini para pelajar menjual makanan sehat dan bergizi.
“Apa yang kami jual ada standarnya, yang penting makan sebanyak-banyaknya makanan yang sehat dan tradisional, seperti sendok, jagung rebus, jus buah, atau tas dan tas jerami khas Bantul,” kata Fitri.
Rina Idarini, guru SD Segoroyo, mengatakan pihak sekolah melakukan pemantauan dan kesehatan setiap tiga bulan sekali, termasuk pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pemantauan ini memungkinkan sekolah untuk mengetahui status gizi siswanya dan melaksanakan intervensi terhadap siswa yang berstatus gizi.
“Bagi yang mengalami gizi buruk, kami memiliki program Egurisasi. Anak-anak yang menderita gizi buruk dan obesitas juga mendapat intervensi berupa olahraga khusus dan latihan fisik,” kata Rina. Kerjasama dengan Parent Nutrition Program bagi orang tua atau wali siswa SD Segorroyoso dalam hal pendidikan kesehatan dan literasi gizi.
Rina tidak memungkiri, berjalannya berbagai program pemberian makan yang dijalankan SDN Segoroyoso tidak lepas dari kerjasama pihak sekolah dengan orang tua atau wali siswa.
Sekolah juga memberikan pendidikan gizi kepada orang tua. Hal ini menekankan pentingnya protein hewani bagi anak. Menurut Rina, asupan protein hewani sangat penting untuk pertumbuhan dan kesehatan anak sekolah dasar.
“Dulu anak dan orang tua kurang paham. Yang penting anak sekolah, dapat uang, dan makan. Sekarang tidak bisa. Orang tua harus bermain. Misalnya makanan sehat. Mereka dilibatkan di bidang narkoba,” kata hewan tersebut di sela-sela kegiatan Germasaribu. Mereka menggunakan keahliannya dan ikut menyiapkan makanan sehat untuk dijual di hari pasar,” ujarnya.
Dengan diperkenalkannya hal tersebut di sekolah, diharapkan siswa dan orang tua dapat membentuk kebiasaan dan kebiasaan makan yang sehat.
“Saya mulai makan sebelum sekolah karena jarang atau belum pernah sarapan di rumah. Tadinya saya tidak mau makan ikan, tapi sekarang saya punya Germasaribu, saya suka,” jelasnya. guru kelas 4. Kegiatan makan sayur, ikan, dan buah-buahan (germasaribu) di SDN Segoroyoso Bantul sebagai intervensi gizi pada siswa.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Segoroyoso Zunivati mengatakan pihak sekolah akan terus mendukung berbagai program gizi yang dilaksanakan. Selain itu, ada hasil nyata yang bisa Anda capai dari program nutrisi ini. Misalnya saja peningkatan gizi anak dan prestasi siswa.
“Gizi yang baik memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga proses belajar mengajar berjalan lancar dan siswa mencapai prestasi akademik yang tinggi,” ujarnya.
Menurut Zunivati, hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih siswa-siswi SD Segoroyoso. Teranyar, delapan pelajar sukses tampil di berbagai cabang olahraga pada Pekan Olahraga Pelajar (Popkab) Kabupaten Bantul 2024.
Zikri Karima, siswa SD Segorroyoso pun mengaku puas dengan program Germasaribu dan Tellurisasi yang diikutinya di sekolahnya. Padahal, siswa kelas IV ini merupakan salah satu siswa yang status gizinya membaik berkat program telur.
Juara II Lomba Menggambar Anak JAPFA 2023 ini mengatakan, “Dulu saya banyak kasih telur, tapi sekarang saya suka makan olahan telur seperti telur goreng, rebus atau rebus di rumah.”
Hal serupa juga diungkapkan Asifa Thika. Anak kelas VI itu mengaku paling antusias menyiapkan bekal untuknya oleh ibunya, Tuti Kurniawati. “Biasanya disajikan dengan nasi, tuna, ayam goreng, tempe, dan mangga,” kata Assifa.
Bahkan, karena kebiasaan yang ia kembangkan, sulung dari dua bersaudara itu terbiasa sarapan sebelum berangkat sekolah. “Iya, aku selalu sarapan sebelum sekolah agar bisa konsentrasi saat di kelas,” ujarnya. Pentingnya Bekal Protein Jerman untuk Anda Siswa SDN Segoroyoso Bantul dari Program Germasaribu.
Program intervensi gizi yang dikembangkan di SD Segorroyoso juga mendapat pujian dari Radyan Yaminar, ahli gizi RS Nirmala Suri Sukoharjo. Radian mengatakan, program sekolah memberikan tambahan protein hewani berupa telur merupakan langkah tepat untuk meningkatkan status gizi siswa.
“Biasanya protein terbaik untuk anak usia sekolah adalah protein hewani atau biasa disebut protein hewani karena lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan,” kata Radian.
Dibandingkan protein nabati, protein hewani mengandung asam amino lengkap yang membantu tumbuh kembang anak. Selain itu, protein hewani lebih mudah diserap dibandingkan protein nabati.
Misalnya protein hewani yang diserap tubuh sekitar 70-80 persen, protein nabati yang diserap 20-30 persen, jelasnya.
Oleh karena itu, Radian menganjurkan agar anak mengonsumsi protein hewani untuk mencegah malnutrisi dan meningkatkan status gizi dengan baik hingga dewasa. Dengan demikian, menjelang dewasa, anak berkembang secara optimal.
Sandra Fikawati, ahli gizi dan guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menyampaikan pesan serupa.
Menurut Prof Pica, protein hewani memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan anak dan remaja, terutama pada masa pertumbuhan aktif. Sedangkan bagi lansia dan anak-anak, protein hewani penting untuk menjaga massa dan kekuatan otot.
Oleh karena itu, peran penting protein hewani tidak boleh diabaikan, terutama dalam mendukung gizi masyarakat. Sumber protein hewani banyak sekali, antara lain daging, ikan, telur, dan produk susu, sehingga Anda dapat mendiversifikasi pilihan Anda. – katanya Upaya peningkatan Gizi: Kegiatan makan sayur, ikan, dan buah-buahan (germasaribu) di SDN Segoroyoso Bantul sebagai bentuk intervensi gizi pada siswa.
Sementara itu, Vice President Social Investments JAPFA R. Artanti Alif juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas program gizi di SDN Segoroyoso.
Menurut Artsanti, SDN Segoroyoso merupakan salah satu sekolah yang mengikuti program rintisan telur satu hari melalui Kegiatan Anak JAPFA yaitu gizi dasar (gizi dan gizi).
“Sampai program percontohan berakhir, sekolah akan melaksanakan program tersebut secara mandiri,” ujarnya.
JAPFA sangat mendukung kegiatan one day egg ini. Salah satu caranya adalah dengan memastikan semua penerima makan telur di sekolah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir potensi penipuan.
Menurut Artsanti, produsen protein hewani terbesar di Indonesia, JAPFA memilih telur sebagai suplemen protein bagi pelajar. Sebab telur merupakan sumber protein yang murah, mudah didapat, dan aman.
“Jadi, kami berharap setelah adanya program ini para orang tua dapat membiasakan memberikan makanan berprotein kepada anaknya setiap hari untuk gizi dan pencegahan gizi buruk,” ujarnya.
Menurut Artsanti, upaya yang dilakukan JAPFA merupakan bentuk dukungan korporasi terhadap peningkatan gizi masyarakat melalui produk protein hewani yang aman dan terjangkau.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)