TRIBUNNEWS.COM, Lebanon – Intelijen Amerika Serikat (AS) memperkirakan skenario dua gelombang serangan terhadap Israel.
Portal Axios yang berafiliasi dengan pemerintah AS mengatakan kepada otoritas AS pada Selasa (6/8/2024).
Informasi tersebut diperoleh dari sumber yang mengetahui pertemuan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris dengan tim keamanan nasional di Gedung Putih kemarin.
Intelijen AS melaporkan bahwa satu gelombang datang dari Iran dan gelombang lainnya dari Hizbullah di Lebanon.
“Seorang pejabat Amerika mengatakan bahwa intelijen menunjukkan bahwa Iran dan Hizbullah membuat kemajuan dan belum memutuskan apa yang ingin mereka lakukan,” tulis portal tersebut. Baca Juga: Donald Trump Dengar Iran Akan Serang Israel Malam Ini, Joe Biden Tak Yakin
Seperti diketahui, situasi di Timur Tengah meningkat drastis setelah Hamas memasuki wilayah Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, melintasi perbatasan dan membunuh warga sipil.
Situasi memburuk setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Hamas dan Hizbullah menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut dan mengatakan mereka melakukan pembalasan terhadap Israel.
Para pejabat Israel belum mengomentari kematian Haniyeh.
Adapun kematian Shukr dikatakan sebagai respons atas serangan di desa Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 orang.
Namun Hizbullah membantah terlibat dalam insiden tersebut. Houthi juga bersiap menyerang Israel
Saat ini, kelompok Houthi Yaman sedang mempersiapkan operasi besar untuk menyerang Israel.
Dalam wawancara dengan Newsweek, Wakil Sekretaris Ansar Allah Nasreddin Amer menolak membocorkan rincian keterlibatan kelompok tersebut dalam serangan mendatang.
Namun dia mengatakan bahwa rencana besar sudah dibuat.
Sementara itu, Israel bersiap menghadapi pembalasan dari Iran dan sekutunya di Lebanon (Houthi) atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pekan lalu.
Berbicara kepada Newsweek pada hari Senin, Wakil Sekretaris Informasi Ansar Allah Nasreddin Amer menolak untuk membocorkan rincian tentang keterlibatan kelompoknya dalam serangan yang akan datang, namun mengisyaratkan rencana besar yang sedang direncanakan.
“Saat ini, kita lebih sedikit berbicara dan berbuat lebih banyak,” kata Amer kepada Newsweek.
“Inilah yang ingin saya tunjukkan kepada dunia.”