Ini Tampang Pelanggan yang Bayar Sesukanya di Warteg Bahari Jakarta, Satu Pelaku Lainnya Masih Buron

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pada 5 Mei 2024, seorang pria berinisial AF (32) ditangkap polisi saat sedang makan di warung makan Tegal Bahari (warteg) di Tana Abang, Jakarta Pusat.

Kapolsek Metro Tana Abang AKBP Aditya Simangara dalam keterangannya, Minggu, mengatakan, “Tim menangkap pelaku yang diidentifikasi berinisial AF setelah menerima laporan online bahwa pelaku belum membayar harga makanan tersebut.”

Menurut Simangara, tersangka lain yang diketahui bernama R (35) merupakan pelaku namun berhasil melarikan diri saat yang bersangkutan hendak menangkapnya.

Diduga pelaku bernama R melarikan diri dengan menggunakan sepeda motor lain, jelasnya. Kronologi

Menurut Simangara, AF dan Rate makan sekitar pukul 03.00 WIB pada Jumat (5/3/2024). Namun, keduanya hanya membayar $10.000 untuk makanan yang mereka makan.

Setelah menyebutkan namanya, AF dan R kembali menemui penjaga gerai makanan dan berjanji akan membayar sisa makanannya. Keduanya berhasil menipu korban dan tidak pernah kembali ke penjahatnya.

Kedua pelaku langsung meninggalkan warung makan tersebut, kata Simangara. Lakukan tindakan tersebut lebih dari satu kali

AF sepertinya telah melakukan ini lebih dari sekali. Hal itu disampaikan Ajari (21), seorang pelayan di pinggir pantai tempat AF dan R sedang membayar makanan yang diinginkannya.

“(Dia bayar makan kapanpun dia mau) berkali-kali (tidak sekali) ya, dia (AF) berhenti datang ke sini karena sedang viral,” kata Azhari, Senin (06/05) saat ditemui di kutilnya. /2024).

Ajari mengatakan, AF paling banyak beroperasi pada malam hari, antara pukul 01.00 WIB hingga 03.00 WIB.

Dikatakan AF tidak muncul dengan sendirinya saat dioperasikan. Terkadang dia mengajak orang lain makan, tapi dia membayar sesuka hatinya.

“Dia (AF) memang datang ke sini setiap malam. Kadang tidak hanya satu atau dua orang saja,” kata Azhari.

Azhari juga mengatakan, AF biasanya makan bersama teman-temannya dan memilih menu di atas Rp 15.000. AF dan temannya kemudian hanya membayar Rp 5000.

Faktanya, total biaya makannya lebih dari $5.000.

“Ada yang di atas Rp 5.000, kalau Rp 5.000 biasanya Rp 10.000 hanya untuk nasi dan telur goreng,” kata Azhari.

“Kadang (AF) minta sayur, kadang lebih Rp 15.000,” pungkas Azhari. jawaban Covantara

Nusantara (Kovantara) Mukroni, Presiden Koperasi Warteg, mengatakan jika ada pelanggan yang membayar lebih sedikit, disarankan untuk selalu berkomunikasi secara jelas dengan pelanggan mengenai harga pangan dan pembayaran.

“Pastikan menu dan harga terpampang jelas di tempat yang mudah dilihat pelanggan,” kata Mukroni, Minggu, 5 Mei 2024.

Selain itu, pedagang yang terhormat diminta untuk meninjau dengan cermat biaya mereka pada setiap transaksi. Hal ini termasuk menghitung uang tunai secara akurat dan memverifikasi bahwa jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan sesuai dengan pesanan yang diterima.

“Beri tahu pedagang untuk menginformasikan konsekuensi kekurangan pembayaran, seperti melarang mereka berbelanja di sana sampai pembayaran penuh dilakukan, atau menerapkan kebijakan pembayaran di muka bagi pelanggan yang membayar kurang,” tambahnya.

Mukroni menjelaskan, alternatif penyelesaian kekurangan pembayaran adalah dengan membayarkan sisanya di lain waktu. Meski demikian, Mukroni berpesan untuk menghindari reaksi emosional dan konfrontatif serta selalu berusaha mencari solusi yang adil dan saling menguntungkan.

“Jika pelanggan berupah rendah melakukan perilaku berlebihan atau ilegal, pelanggan harus segera menghubungi pihak berwenang, seperti polisi atau penegak hukum setempat, jika pelanggan melakukan tindakan ilegal atau mengancam keselamatan orang lain,” tambahnya.

Menurut Mukroni, pedagang warte harus bekerja sama penuh dengan pihak berwenang dalam proses penyidikan dan penindakan.

Termasuk memberikan informasi yang diperlukan dan bila perlu mengajukan pernyataan, jelas Mukroni. (Tribunnews/Kompas.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *