Sejak 8 Oktober, Hizbullah telah meluncurkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan drone ke Israel.
TRIBUNNEWS.COM, GAZA – Israel mengumumkan akan melancarkan perang terbuka dengan Hizbullah di Lebanon selatan.
Ketika bentrokan antara Israel dan gerakan Hizbullah meningkat di Lebanon, Foreign Policy melaporkan, mengutip seorang diplomat Israel, bahwa Israel akan menghadapi “ancaman strategis” jika terjadi perang habis-habisan.
Pekan lalu, Hizbullah melancarkan serangan rudal paling signifikan terhadap Israel sebagai tanggapan atas serangan udara Israel yang menewaskan seorang komandan senior Hizbullah.
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik dapat meningkat dengan cepat.
Sejak 8 Oktober, Hizbullah telah meluncurkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan drone ke Israel.
Sementara itu, Angkatan Udara Israel membalasnya dengan ratusan serangan udara di Lebanon selatan.
Menurut Foreign Policy, sekitar 140.000 orang meninggalkan rumah mereka di kedua sisi perbatasan.
Meskipun ada seruan dari Amerika Serikat dan sekutu Barat lainnya untuk melakukan deeskalasi, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan pada hari Selasa bahwa negaranya akan berperang dengan Lebanon, dengan alasan bahwa perang habis-habisan akan menghancurkan Hizbullah dan Lebanon akan menjadi pihak yang paling menderita. .
Namun, Israel juga akan menderita kerugian besar dalam perang habis-habisan melawan Hizbullah.
Foreign Policy mengutip laporan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Internasional dan Strategis yang mengatakan Hizbullah adalah musuh yang jauh lebih tangguh bagi Israel dibandingkan Hamas. Hanya tiga hari
Berbicara kepada FP, Michael Oren, yang merupakan duta besar Israel untuk AS pada masa pemerintahan Obama, mengatakan bahwa Hamas merupakan ancaman taktis terhadap negara Israel.
Sedangkan Hizbullah merupakan ancaman strategis bagi negara Israel.
Menurut laporan tersebut, Hizbullah memiliki sekitar 130.000 roket dan proyektil yang dapat dengan cepat menghancurkan sistem pertahanan udara canggih dan menghantam kota-kota terbesar Israel.
“Saya membaca perkiraan mengenai apa yang dapat dilakukan Hizbullah terhadap kami dalam tiga hari, dan itu sungguh menakutkan,” kata Oren kepada FP.
“Anda berbicara tentang penghancuran semua infrastruktur penting kami, kilang minyak, pangkalan udara, Dimon,” tambahnya, merujuk pada lokasi fasilitas penelitian nuklir Israel.
Pada Selasa (17 Juni 2024), Hizbullah merilis rekaman yang diambil menggunakan drone dari pelabuhan Haifa Israel, yang terletak 17 mil dari perbatasan dengan Lebanon.
“Ini adalah bukti upaya Hizbullah untuk menembus pertahanan udara Israel dan melakukan penetrasi jauh ke dalam negara tersebut,” kata laporan itu.
Hizbullah juga diyakini telah mengembangkan jaringan terowongan di bawah Lebanon yang menurut beberapa analis Israel bahkan lebih besar daripada yang digunakan oleh Hamas. Jalan menuju de-eskalasi
Menurut Daniel Bayman, seorang profesor di Fakultas Luar Negeri Universitas Georgetown, gencatan senjata di Gaza dapat meredakan ketegangan di perbatasan utara Israel.
“Saya pikir jika Hamas menyetujui gencatan senjata, Hizbullah juga akan menghormatinya,” kata Bayman.
“Secara umum mereka berusaha proporsional,” imbuhnya.
Amos Hochstein, penasihat senior Presiden AS Joe Biden, tiba di Israel pada hari Senin untuk membahas meningkatnya konflik antara Israel dan gerakan Hizbullah Lebanon.
Hochstein, yang memainkan peran penting dalam perjanjian perbatasan maritim antara Israel dan Lebanon pada Oktober 2022, berkunjung di tengah bentrokan perbatasan yang intens.
Sejak perang di Gaza dimulai Oktober lalu, tembakan setiap hari telah memaksa ribuan orang mengungsi di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon.
Amerika khawatir akan eskalasi besar-besaran menyusul pembunuhan seorang komandan tinggi Hizbullah baru-baru ini, yang mendorong Hizbullah meluncurkan ratusan roket dan drone ke Israel utara.
Potensi eskalasi skala besar sangatlah besar dan mempunyai implikasi serius bagi Lebanon dan seluruh kawasan.
“Yang saya khawatirkan setiap hari adalah kesalahan atau kecelakaan, sebuah rudal yang seharusnya mengenai sasaran meleset dari sasaran karena mengenai sesuatu yang lain,” kata Hochstein, menurut Foreign Policy.
“Hal ini dapat memaksa sistem politik di kedua negara untuk membalas, sehingga membawa kita pada perang.” Meningkatnya ketegangan
Sejak dimulainya perang Israel melawan Gaza pada tanggal 7 Oktober, gerakan Hizbullah Lebanon telah mengambil peran langsung namun relatif terbatas dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.
Menurut sumber Hizbullah, selama 250 hari pertama perang, gerakan tersebut melakukan 1.194 operasi militer, menewaskan dan melukai lebih dari 2.000 tentara Israel.
Israel menduduki sebagian Lebanon selama beberapa dekade dan baru meninggalkan negara itu pada tahun 2000 setelah perlawanan sengit dari Lebanon yang dipimpin Hizbullah.
Mereka mencoba menduduki kembali Lebanon pada tahun 2006, namun gagal dalam apa yang dilihat Lebanon sebagai kemenangan besar melawan Israel.
Namun Israel masih menduduki sebagian wilayah Lebanon, termasuk kawasan Peternakan Sheba.
Hizbullah telah berjanji untuk mengembalikan setiap inci wilayah Lebanon yang diduduki Israel yang melanggar hukum internasional. Pelajari tentang Hizbullah
Hizbullah adalah milisi yang berbasis di Lebanon selatan.
Pasukan ini dibentuk pada tahun 1982 oleh tentara Iran.
Milisi ini dibentuk untuk memprotes pendudukan Israel di wilayah tersebut.
Hingga saat ini, Hizbullah telah menerima senjata dari Iran.
Tak sekadar milisi, Hizbullah kemudian menjadi kubu politik paling berpengaruh di Lebanon, terutama setelah mendapat dukungan mayoritas Syiah di negara itu.
Setiap tahun, senjata Hizbullah terus ditingkatkan dan ditingkatkan.