Dilansir reporter Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, saat ini Indonesia belum memiliki satu juta kantong darah.
Kebutuhan darah mencapai 5,2 juta kantong, namun yang tersedia hanya 4,2 juta kantong.
“Jadi masih kekurangan 1 juta kantong. Kebutuhan plasma mencapai 350 ribu liter, dan baru bisa tercapai 145 ribu liter,” kata Budi Gunadi di Jakarta, Kamis (3/7/2024).
Pemerintah juga berupaya mendorong modernisasi sektor farmasi dalam negeri dengan mengambil bagian plasma untuk menghasilkan produk farmasi turunan plasma (PODP) yang masih bergantung pada impor.
Plasma pecahan adalah pemilihan plasma dari hasil produksi darah, termasuk darah donor.
Pemenuhan kebutuhan plasma untuk divisi tersebut harus diperoleh dari bank plasma atau unit pengelolaan darah (UPD) yang memenuhi standar CPOB (Cara Pembuatan Farmasi yang Baik) sebagai jaminan mutu plasma yang dihasilkan.
Saat ini baru ada dua RS yaitu RS Fatmawati dan RS Kariadi yang memiliki CPOB dan diharapkan dapat menambah jumlah plasma untuk kebutuhan rumah.
“Tujuan kita dalam setahun seluruh 33 RS vertikal dan RS daerah bisa mendapat sertifikat CPOB. Selain itu, RS daerah/kota minimal bisa menerima darah gratis,” kata Menkes.