Indonesia Deflasi 5 Bulan Berturut-turut, Bos Toyota: Itu Tanda Daya Beli Masyarakat Melemah

 

Laporan jurnalis Tribunnews.com Andrapta Pramudias

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) pun buka suara soal Indonesia yang mengalami inflasi selama lima bulan berturut-turut.

Menurut Executive Vice President PT TMMIN Bob Azam, inflasi mencerminkan perubahan daya beli masyarakat yang dapat disebabkan oleh dua faktor.

Dua faktornya adalah kelebihan pasokan barang dan lemahnya permintaan. Saat ini, ia menilai faktor yang mempengaruhinya adalah lemahnya daya beli masyarakat.

“Pasokan barang sepertinya tidak ada. Ini soal daya beli dan permintaan pasti melemah,” kata Bob Azam kepada wartawan di Kabupaten Tangerang, kawasan BSD, Rabu (9/10/2024).

Bob Azam menekankan pentingnya upaya pemerintah baru dalam memulihkan daya beli masyarakat agar permintaan pasar bisa tumbuh kembali.

Sebab jika daya beli melemah maka pertumbuhan pasar akan terpengaruh sehingga sulit mengakses investasi.

“Kalau pasar lokal tumbuh, investasi akan datang. Nah, kalau tidak tumbuh, investasi tidak akan datang,” kata Bob Azam.

Ia mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah daya beli, termasuk tidak menaikkan pajak.

“Yah, kita butuh daya beli untuk tumbuh. Kita harus dorong daya beli. Pemerintah harus menghindari (tidak) menaikkan pajak,” kata Bob Azam.

“Bahkan negara-negara lain sudah mulai menurunkan suku bunganya. Meski suku bunganya sudah turun, tapi itu belum cukup untuk mendorongnya. Jadi kami merasa daya beli perlu dipulihkan,” lanjutnya.

Bob Azam juga menyoroti situasi perekonomian masyarakat berpendapatan rendah. 

Dia mengungkapkan, terjadi peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) yang mencerminkan kondisi perekonomian yang mengkhawatirkan.

“Itu mencerminkan bagaimana perekonomian berada di bawah. Jadi perekonomian di bawah harus segera diperbaiki. Kalau tidak, permintaan tidak akan meningkat dan industri akan terpuruk lebih dalam,” jelas Bob Azam.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur yang mengalami kontraksi juga menimbulkan kekhawatiran. Ia percaya bahwa penting untuk memiliki kebijakan yang tepat untuk mendukung industri ini.

Misalnya di sektor otomotif, ada insentif pajak penjualan barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP).

“Jadi ini contoh bagaimana bisa bersantai, bukan apa yang mereka takutkan, malah menggerogoti anggaran pemerintah dan mengurangi pendapatan. Sepertinya tidak,” kata Bob Azam.

“Setelah diberikan keringanan, justru penjualan akan meningkat dan pajak yang dibayarkan bisa meningkat,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *