TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Lembaga Persahabatan Organisasi Islam (LPOI) Said Aqil menegaskan fenomena disintegrasi kelompok Islam dan adanya nihil serangan teroris.
Ia mengatakan, hal ini menandai lahirnya babak baru dalam penyebaran ideologi radikal, intoleransi, ekstremisme, dan terorisme secara rahasia.
Saeed Aqil mengatakan turunnya indeks potensi radikalisasi bukan berarti perang melawan gerakan radikal teroris sudah berakhir.
Said Aqil mengatakan dalam keterangan tertulis: “Organisasi teroris yang tidak toleran dan radikal saat ini sedang melakukan infiltrasi, beroperasi secara diam-diam dan infiltrasi, dan strategi akuisisi adalah dengan mengkonsolidasikan kekuatan mereka.
Saeed Aqil mengatakan, kelompok intoleran dan organisasi teroris radikal berusaha merebut semua sektor dan mengambil alih.
Gerakan ini mengalami transformasi dari konfrontasi frontal menjadi “ledakan rendah dan dampak tinggi”.
“Penyelenggara negara, penegak hukum dan khususnya Polri harus lebih waspada dan melakukan pemeriksaan lebih detail terhadap kelompok teroris intoleran dan radikal yang lebih leluasa beroperasi di ruang publik,” ujarnya.
Ia menambahkan: “Karena sel-sel ini tidak lagi menampilkan penampilan yang garang dan tindakan terselubung, tetapi bertindak secara nyata dengan menggunakan berbagai identitas dan samaran, baik itu politisi, polisi, tentara, pengusaha, pendidik, agama dan/atau pekerjaan lainnya.
Ia mengingatkan, kegiatan teroris menggunakan serangan siber sebagai salah satu sarana kegiatan teroris.
“Munculnya serangan siber dan terorisme digital di tengah intrusi ideologi transnasional, serta tekanan terhadap kekebalan ideologi warga negara Indonesia, jika tidak dikendalikan dan tidak diantisipasi, berpotensi melemahkan kedaulatan negara Indonesia. Bangsa Indonesia,” tutupnya.