Indeks Kemanan Siber RI Peringkat ke-48 dari 176 Negara, Ini Pesan Wamenkominfo

Jurnalis Tribunnews.com, Ismoyo melaporkan.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyatakan keamanan siber menjadi faktor penting dalam transformasi digital tanah air.

Ancaman keamanan siber juga meningkat karena meningkatnya penggunaan teknologi digital, katanya.

Oleh karena itu, Wakil Menteri Nezar Patria mengajak semua pihak untuk mendorong keamanan siber di seluruh sektor digital.

“Penting bagi kita semua untuk terus meningkatkan keamanan siber seiring dengan agenda transformasi digital yang terus berkembang,” ungkap Nezar, Jumat (31 Mei 2024).

Menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, keamanan siber dapat ditingkatkan dengan banyak cara.

Salah satunya adalah menutup kesenjangan keamanan siber di jaringan digital dan lingkungan yang terhubung serta selalu mengikuti perkembangan teknologi.

“Terus tingkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk bertahan dari serangan siber, termasuk kecerdasan buatan generatif, untuk meningkatkan keamanan dan ketahanan operasional,” ujarnya.

Mengacu pada hasil Survei Komersial Allianz 2023, Wakil Menteri Nezar Patria mencatat risiko keamanan siber global akan meningkat dari 40%. pada tahun 2019 menjadi 77 persen pada tahun 2023

Sementara itu, menurut data Google M-Trends tahun 2024, sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap serangan siber.

“Dalam konteks nasional, kita masih perlu memperkuat ekosistem keamanan siber kita. “Pada tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat ke-48 dari 100 dari 176 negara dalam indeks keamanan siber dengan skor 63,64, dan Indonesia hanya menempati peringkat ke-5 dari 10 negara di Asia Tenggara,” ujarnya.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah mengidentifikasi Indonesia sebagai sumber dan tujuan utama pelanggaran keamanan siber.

Seperti dilansir Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, kesenjangan ini berpotensi menurunkan kinerja perangkat dan jaringan, berujung pada pencurian data, serta menurunkan reputasi dan kepercayaan terhadap organisasi.

“BSSN juga mendeteksi 103 dugaan pelanggaran data pada tahun 2023, dimana 20 kasus terjadi pada bulan Maret dan 15 kasus terjadi pada bulan Desember,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *