INAPLAS Apresiasi Penyelidikan KPPI Terkait Lonjakan Impor LLDPE

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS) mengapresiasi langkah Komite Perlindungan Perdagangan Indonesia (KPPI) dalam melakukan investigasi keamanan perdagangan (safeguard Measures) dalam gelombang tersebut. mengimpor polietilen densitas rendah linier (LLDPE).

Direktur Asosiasi Inaplas Nasional dan Internasional Budi Susanto mengatakan, menurut saya langkah yang diambil KPPI dan jaminannya sudah benar dan baik. Karena perdagangan yang adil dan studi saling berkaitan, apakah buruk atau tidak.

“Meski langkah-langkah tersebut diambil secara kasus per kasus, namun tetap menyelamatkan industri dalam negeri,” tambah Budi Susanto.

Investigasi terhadap tindakan perlindungan tersebut secara resmi dimulai pada Senin (9/9) dengan fokus pada produk polietilen yang mengandung monomer alfa-olefin 5 persen atau kurang, sesuai dengan Kode Sistem Harmonik (HS) 3901.10.92 ) Tarif Bea Cukai Indonesia 2022. Buku (BTKI ).

Dalam penelitian ini, KPPI bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab utama peningkatan impor, serta menganalisis dampaknya terhadap industri lokal. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah serangan terhadap impor ini dapat memicu persaingan tidak sehat, dimana produk impor mungkin lebih murah dibandingkan produk yang diproduksi di dalam negeri, sehingga dapat berdampak negatif pada industri plastik lokal.

Jika mereka tidak terkena dampaknya, dikhawatirkan para pelaku ini akan menimbulkan kerugian besar di sektor ini, yang pada akhirnya akan berdampak pada angkatan kerja dan perekonomian secara keseluruhan.

Kebutuhan untuk mempertahankan standar produk LLDPE sangatlah penting, mengingat semakin besarnya tantangan industri hulu petrokimia dalam negeri.

Meningkatnya impor produk LLDPE memberikan tekanan yang signifikan kepada produsen dalam negeri yang harus bersaing dengan produk impor yang seringkali memiliki harga lebih rendah. Tanpa perlindungan yang memadai, industri dalam negeri berpotensi mengalami penurunan kapasitas produksi yang pada akhirnya berdampak pada keberlangsungan tenaga kerja bahkan kerugian finansial.

Sebelumnya, Ketua KPPI Franciska Simanjuntak menegaskan, KPPI telah mengalami kerugian serius atau ancaman potensi kerugian bagi pemohon yakni INAPLAS. Indikator tersebut terlihat dari banyak penurunan indikator industri nasional sepanjang tahun 2021 hingga 2023.

Kerugian besar atau ancaman kerugian besar antara lain penurunan produksi, penjualan dalam negeri, produktivitas, utilisasi kapasitas, kerugian finansial, serta pangsa pasar industri dalam negeri di pasar nasional, kata Franciska.

Menghadapi hal tersebut, serangan petrokimia terhadap sungai Indonesia kini berada di tengah tantangan yang besar. Selain menghadapi peningkatan impor, sektor ini juga menghadapi fluktuasi harga komoditas global, ketidakpastian pasar, dan biaya operasional. Di sisi lain, sektor ini mempunyai potensi besar dalam menunjang perekonomian nasional.

INAPLAS berharap pemerintah dapat memberikan langkah pengamanan perdagangan yang tepat sehingga produk LLDPE produksi dalam negeri dalam bentuk selain cair atau pulp dapat terlindungi dari peningkatan impor yang tidak terkendali. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *