TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terbukti menggunakan Protokol Hannibal selama Perang Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Fakta tersebut terungkap dalam penyelidikan yang dilakukan Australian Broadcasting Corporation (ABC).
Investigasi mengungkapkan bahwa militer Israel menggunakan protokol tersebut untuk mencegah Hamas menangkap tentara Israel.
Petunjuk Hannibal adalah prosedur militer kontroversial Israel yang bertujuan untuk mencegah penangkapan tentara, meskipun hal itu menyebabkan kematian tentara itu sendiri.
Dengan kata lain, IDF lebih memilih membunuh atau membunuh Zionis Israel sendiri daripada ditangkap oleh Hamas.
Investigasi Australia menemukan bahwa militer Israel menggunakan protokol tersebut untuk mencegah Hamas menangkap tentara Israel.
Rupanya, dia menargetkan dan membunuh pemukim dan warga sipil Israel, bukan hanya tentara Israel.
Laporan tersebut, yang diterbitkan pada hari Jumat di situs ABC, mencakup kesaksian dari Omri Shefrini, seorang pemukim yang selamat dari serangan tank Israel terhadap sebuah rumah di pemukiman Beeri di Jalur Gaza.
“Ada beberapa kesaksian dari warga sipil dan personel militer Israel bahwa pasukan Israel telah membunuh warganya sendiri sebagai respons terhadap serangan Hamas,” kata laporan itu.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa banyak warga dan pendukung Israel yang mengkritik pemaparan fakta terkait proses Hannibal.
Faktanya, media Israel membenarkan bahwa hal tersebut benar-benar terjadi di lapangan.
“Kami tahu setidaknya satu sandera tewas akibat peluru IDF,” kata Scifroni, ABC melaporkan.
Menurut ABC, Shifroni, yang kehilangan tiga anggota keluarganya pada 7 Oktober, masih belum pulih dari keputusan militer Israel yang menggunakan amunisi berat di sebuah rumah di Beiri.
“Saya rasa ini bukan keputusan yang tepat, ini bukan keputusan yang baik, dan menurut saya ini tidak bermoral.” Informasi terkini mengenai korban jiwa di Gaza
Setidaknya 16 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan pada Senin (9 September 2024), sehingga jumlah total kematian sejak 7 Oktober menjadi 40.988 orang.
Sementara itu, 94.825 orang lainnya terluka dalam serangan itu, kata Anadolu Agency.
“Pasukan Israel telah membunuh 16 orang dan melukai 64 lainnya dalam dua ‘pembantaian’ keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata kementerian itu.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan sebagian besar wilayah tersebut hancur, dengan persediaan makanan, air bersih dan obat-obatan yang terbatas.
Israel juga dapat menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Mahkamah Internasional.
(Tribunnews.com/Gardea Prabawati)