IDF Hadapi Pilihan Sulit, Harus Hentikan Serangan ke Rafah, Geser Kekuatan untuk Gempur Lebanon

Reporter Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti melaporkan

TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini menghadapi pilihan sulit setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan penghentian serangan di kota Rafah di Gaza selatan.

Mereka kini telah memerintahkan pasukannya untuk bergerak ke perbatasan utara Lebanon untuk menyerang Hizbullah.

“Fase intens serangan terhadap Hamas akan segera berakhir,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan Channel 14, seperti dikutip France24.

“Itu tidak berarti perang akan segera berakhir.” “Tetapi langkah agresifnya akan mengurangi perang dengan mengerahkan kembali sejumlah besar pasukan di utara perbatasan Lebanon,” kata Netanyahu.

Netanyahu mencatat bahwa pemindahan pasukan IDF dari Rafah ke Israel utara telah menjadikan daerah tersebut sering menjadi sasaran militan Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir.

Baru-baru ini, pabrik industri militer di lokasi Sassa Israel dan markas besar batalion Sehl di barak Beit Hillel dilaporkan rusak berat akibat serangan rudal Falaq Hizbullah.

Situasi yang memburuk memaksa 220.000 warga Israel mengungsi ke perbatasan Lebanon untuk menghindari serangan roket dan drone Hizbullah.

Selain untuk melaksanakan rencana ofensif di Lebanon, kehadiran pasukan IDF yang menjaga perbatasan dimaksudkan untuk mendukung inisiatif konflik Israel dan Hizbullah di Lebanon, dengan tujuan evakuasi dini masyarakat.

Hizbullah dan Israel adalah musuh bebuyutan. Sejak tahun 1992, hubungan mereka semakin erat. Hal ini terjadi setelah pendahulu Hizbullah terbunuh dalam serangan Israel.

Namun serangan mereka meningkat sejak 7 Oktober 2023, setelah Israel memulai operasi militer di Jalur Gaza.

Serangan yang dilakukan Hizbullah, sekutu Hamas, ditujukan untuk melindungi bantuan yang diberikan Israel kepada warga Palestina yang dibomnya di Jalur Gaza.

Namun Israel menilai tindakan tersebut merupakan ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan warganya.

Karena itulah, keduanya termotivasi untuk syuting dalam beberapa bulan terakhir.

Hizbullah merilis video berdurasi sembilan menit yang membuat marah Israel. Rekaman drone menunjukkan Hizbullah memegang posisi militer dan sipil di beberapa kota Israel.

Gambar lain menunjukkan fasilitas militer di dekat Haifa milik pembuat senjata Israel Rafael.

Sejak video itu muncul, Israel telah memperingatkan Hizbullah untuk bersiap berperang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *