ICW Minta Presiden Lebih Selektif Susun Pansel KPK, NasDem: Setuju, Jangan Sampai Ada Masalah Lagi

Laporan reporter Tribunnews.com Rizki Sandi Saputra 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem Taufik Basari menanggapi usulan Indonesia Corruption Watch (ICW) kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) agar lebih selektif dalam membentuk panitia seleksi. pimpinan CKS (Pansel).

Tawfik menyetujui usulan tersebut karena menurutnya pemerintah harus belajar dari pengalaman pemilu pimpinan KSČ sebelumnya yang dinilai bermasalah.

“Setuju. Kita harus belajar dari pengalaman. Jangan sampai KPK terus bermasalah atau menimbulkan masalah bagi upaya pemberantasan korupsi di negeri ini,” kata pria yang akrab disapa Tobas itu saat ditanya, Jumat (05). /10/2024) terhadap reaksinya.

Upaya untuk mencegah munculnya kembali kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok yang bermasalah adalah dengan membentuk komisi yang jujur, katanya.

Dengan demikian, kelompok terpilih diharapkan berhasil melahirkan kepemimpinan PKC yang diharapkan masyarakat.

“Tentu saja hal ini bisa dicegah, dimulai dengan seleksi calon pimpinan Partai Komunis,” ujarnya.

“Kami menyerukan agar panitia BPK benar-benar dipimpin oleh orang-orang yang jujur ​​dan amanah yang akan mencalonkan calon yang sesuai harapan,” kata Tobas.

Indonesia Corruption Watch (ICW) sebelumnya berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang terjadi lima tahun lalu saat persiapan pembentukan panitia seleksi pimpinan (Pansel) dan dewan pengawas KPK periode 2024 – 2029. 

Sebab menurut Peneliti ICW Kurnia Ramadhan, kinerja panitia seleksi yang dibentuk Jokowi pada 2019 memang kontroversial. 

Mulai dari tanda-tanda konflik kepentingan, pengabaian nilai integritas dalam proses seleksi, dan pengabaian opini publik. 

Kurnia mengatakan, dampaknya bisa dirasakan saat ini, seperti penegakan hukum PKT yang buruk, tata kelola kelembagaan yang buruk, dan integritas anggotanya juga dipertanyakan. 

“Dua orang yang sebelumnya dinilai terbaik oleh panitia seleksi, yakni Firli Bahuri dan Lily Pintauli Siregar, jelas melanggar etika bahkan dituntut karena diduga melakukan praktik korupsi. Hal ini tentu menjadi indikasi nyata betapa buruknya seleksi pimpinan KPK pada periode sebelumnya,” kata Kurnia dalam keterangannya, Kamis (5/9/2024).

ICW memberikan tiga kriteria penting yang bisa dijadikan dasar bagi Jokowi untuk menilai profil calon panitia seleksi ke depan.

Pertama, kompetensi. Sebaiknya Jokowi menunjuk sosok yang memahami betul kondisi pemberantasan korupsi di Indonesia dan mengetahui permasalahan KPK akhir-akhir ini. 

“Dengan demikian, fokus kerja komisi didasarkan pada realitas permasalahan yang ada saat ini,” kata Kurnia.

Kedua, integritas. Dalam hal ini, pencatatan bakal calon harus diperhatikan secara serius, baik secara hukum maupun etika. 

“Karena bagaimana panitia seleksi bisa menemukan calon anggota komisi atau dewan pengawas yang jelas kalau hanya punya catatan buruk?” – kata Kurnia.

Ketiga, tidak ada konflik kepentingan. Jokowi harus mencermati latar belakang calon anggota komite, terutama hubungannya dengan instansi pemerintah atau kelompok politik tertentu. 

“Jangan sampai lembaga seleksi terpilih justru mempunyai kewenangan khusus dan menjadikan proses seleksi sebagai sarana untuk menyeleksi calon tertentu,” kata Kurnia.

Diketahui, Presiden Jokowi sudah mulai menggodok nama-nama bakal calon Dewan Pengarah BPK. Meski nama yang dimaksud tidak diungkapkan pihak istana.

Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan pihaknya saat ini masih fokus pada beberapa hal untuk mewujudkan Pancel yang kredibel.

Nama-nama calon anggota Pansel Capim dan Dewas KPK masih dalam pembahasan mengingat adanya harapan masyarakat terhadap anggota Pansel yang amanah dan jujur, kata Ari kepada wartawan, Kamis (5 September 2024). ).

Dia menjelaskan, Pansel akan terdiri dari sembilan orang. Terdiri dari lima orang dari sektor pemerintahan dan empat orang dari sektor publik yang akan ditentukan melalui keputusan presiden.

Kepemimpinan KPK saat ini yang dipimpin Nawawi Pomolango akan berakhir pada Desember 2024. Masa jabatan mereka akan berakhir lima tahun kemudian, terhitung pada 2019.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *