TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fahmi Fausan, seorang penjagal hewan mengaku membunuh dan melukai sahabatnya Sinta Handiana (40).
Pembunuhan terungkap saat ditemukannya sesosok mayat tanpa kepala di Muwara Baru, Jakarta Utara.
Dalam acara tersebut terungkap permintaan terakhir Cinta Handiana adalah sebelum ditemukan tewas.
Sinta mengirimkan pesan kepada sang anak melalui WhatsApp.
Ibu kandung Sinta, Suthiyati (58) mengungkapkan, putrinya memintanya mengirimkan foto dirinya berhijab.
Cinta mengirim pesan WA ke anaknya.
Putrinya terakhir kali berkomunikasi dengan cucunya pada Minggu (27 Oktober 2024).
Sinta pamit berangkat kerja pada Minggu sore.
“Pada Minggu malam, dia (Zinta) meminta anaknya mengirimkan foto melalui WA, ‘Kirim foto ibu berhijab’,” kenang Sutiyati, seperti dilansir Kompas.com.
Bocah itu kemudian mengirimkan foto Cinta yang mengenakan jilbab.
Itu permintaan terakhir Cinta.
Setelah itu, Cinta berhenti mengirim pesan.
Suthiathi mengungkapkan, putrinya bekerja sebagai administrator di sebuah perusahaan logistik.
Pada Senin pagi, anak-anak mulai bertanya-tanya mengapa ibunya belum juga pulang.
Jika Anda berangkat kerja pada siang hari, Anda akan pulang pada malam hari.
Saya mencoba menghubungi ibu saya melalui nomor WhatsApp tetapi tidak ada tanggapan.
Saat anak-anak menelepon, Sinta tidak mengangkat teleponnya.
Mereka kemudian menanyakan keberadaan ibunya melalui teman-temannya yang bekerja, namun hingga Selasa (29 Oktober 2024) mereka belum mendapat informasi dan Cinta belum juga kembali ke rumah.
Anak-anak Sinta mengeluh kepadanya karena tidak mempunyai uang untuk memakannya.
“Dan aku kaget, ‘Mama pergi kemana?’
Kata anak di WA no respon, no pick, no pick.
“Anak-anak kurang sehat,” kata Suthiati.
Mencoba menenangkan cucu-cucunya.
Beberapa jam setelah anak Sinta mengadu ke Suthiyati, salah satu anak Sinta mendapat telepon.
Orang di ujung telepon itu mengaku sebagai petugas polisi dari Polda Metro Jay.
“Polisi memanggil anak mereka yang lain. Mereka bertanya kepadanya, “Apakah ini anak Bu Cinta?” Begitulah cara dia diwawancarai,” kata Suthiyati.
Namun polisi tidak menjelaskan kondisi dan kondisi Sinta sebenarnya.
Panggilan polisi membuat anak-anaknya gelisah dan gelisah.
Khawatir terjadi sesuatu pada ibunya, dia berbaring di pangkuan Suthiathi dan menangis.
“Saya meyakinkan mereka bahwa telepon itu tidak ada apa-apa. Lalu saya berkata, ‘Saya harap ibu bisa pulang,’” kata Suthiati.
Sore harinya, tepat setelah salat magrib, polisi tiba di rumah Sinta.
Mereka mengecek ulang kepribadian dan ciri fisik Cinta. Sinta dibunuh secara brutal
Fausan mengungkapkan, korban dicekik terlebih dahulu sebelum dipancung.
Akibatnya, tersangka memotong dan memutilasi kepala korban.
“Saya juga tidak tahu, Pak. Saat saya potong tenggorokan, saya tidak melihat apa-apa, emosi sekali,” ujarnya.
Baca Juga: Kepala Wanita Ditemukan Terbungkus Tas di Bar Muwara, Jakarta Utara, Polisi Cari Pembunuhnya
Kepala Subdit Kriminal dan Kekerasan Polda Metro Jaya, Wakil Komisaris Besar Polai Rowan Richard Mahenu mengatakan, Fausan dicekik dari belakang hingga pingsan.
Usai dinyatakan meninggal, jenazah korban dibungkus selimut, kasur busa, dan tas mirip bungkusan ikan.
Setelah korban tidak sadarkan diri, pelaku langsung meletakkan korban di sebuah gang dekat rumah pelaku. Selanjutnya pelaku mengambil pisau dan langsung menggorok leher korban hingga terpisah dari badannya, kata Rowan. Diane Anditya Mutiara)
Artikel ini tayang di WartaKotalive.com Tukang jagal akui mutilasi Cinta, alasannya sebut istri dan orangtuanya pelacur