TRIBUNNEWS.COM – Bisphenol A (BPA) merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan pada produk plastik untuk kemasan makanan dan minuman. Karena penggunaannya yang luas, paparan BPA yang masuk ke dalam makanan atau minuman bisa sangat berbahaya, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak.
Farmakolog, Fakultas Farmasi, Universitas Irlandia, Prof. Junidi Khatib, S.Sc., Apt., M.Kes., Ph.D juga mengingatkan masyarakat bahwa BPA dapat bermigrasi dan mencemari air minum.
“Data dari tiga inspeksi fasilitas manufaktur menggunakan metode yang telah terbukti pada tahun 2021-2022, menyimpulkan bahwa tingkat migrasi BPA dari kemasan polikarbonat per galon dapat didaur ulang,” kata profesor tersebut. kata profesor itu. Junadi.
Prof Junadi menegaskan, anak-anak dalam masa pertumbuhan dan ibu hamil juga menjadi sasaran paling rentan paparan BPA. Jadi Prof. Terima kasih telah membuka Junadi Perka BPOM no. 6/2024 dengan harapan masyarakat mewaspadai dan mengurangi paparan BPA.
Menurut Prof. Peraturan baru dari BPOM ini. Dukungan pemerintah kepada masyarakat dalam menjaga kesehatan masyarakat, Pak Junadi menunjukkan bahwa produk makanan dan minumanlah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Perlu diketahui, Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 mengatur tentang kewajiban pemberian label BPA pada botol minuman. Peraturan ini merupakan perubahan kedua atas Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Pelabelan Pangan Olahan.
Peraturan ini memuat 2 (dua) klausul penting, yaitu Pasal 48A Ayat (1) yang mewajibkan produsen menyimpan botol minuman di “tempat yang bersih dan sejuk, jauh dari sinar matahari dan bau yang menyengat”.
Selain itu, Pasal 61A mewajibkan produsen untuk mencantumkan label yang menyatakan, “Dalam beberapa kasus, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA ke dalam air minum.”
Hubungan antara BPA dan indikator kesehatan anak
Di tahun Berdasarkan studi tahun 2016 dalam jurnal Childhood Obesity and Cardiometabolic Behaviors Association of Early Life Exposure, terlihat jelas bahwa paparan BPA selama kehamilan berdampak signifikan terhadap kesehatan anak, terutama obesitas dan risiko kardiometabolik. .
Penelitian ini menemukan bahwa tingginya kadar BPA dalam urin anak berhubungan dengan BMI (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang, dan ketebalan kulit pada anak usia 4 tahun. Selain itu, kadar BPA pada awal kehamilan berhubungan dengan obesitas dan faktor risiko kejadian kardiometabolik pada bayi cukup bulan.
Diketahui bahwa BPA dapat mengganggu fungsi normal sistem hormonal pada ibu hamil dan anak. Karena BPA mempunyai kemampuan meniru hormon estrogen dalam tubuh, sehingga berbahaya bagi ibu hamil dan anak-anak, karena keduanya masih dalam tahap perkembangan sehingga rentan mengalami ketidakseimbangan hormon.
Sementara itu, risiko BPA bagi ibu hamil antara lain potensi bahaya pada perkembangan janin. Penelitian di Eropa menunjukkan bahwa BPA melintasi plasenta dan mempengaruhi perkembangan otak dan sistem endokrin janin.
Hal ini menempatkan mereka pada risiko berbagai masalah kesehatan jangka panjang, mulai dari perkembangan saraf yang buruk hingga obesitas dan masalah kesehatan lain yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon.
Penelitian Vafeyadi dkk ini dilakukan dengan mengukur kadar BPA dalam urin ibu hamil dan anak, serta mengukur beberapa indikator kesehatan pada anak seperti BMI, lingkar pinggang, dan ketebalan kulit.
Penelitian ini dilakukan terhadap 500 pasangan ibu-anak di Kreta, Yunani, dan anak-anak berusia 2,5 hingga 4 tahun dimasukkan ke dalam ibu pada trimester pertama.
Studi ini menemukan bahwa anak-anak dengan kadar BPA yang lebih tinggi dalam urinnya memiliki BMI yang lebih tinggi. BMI merupakan indeks yang biasa digunakan untuk menilai apakah seseorang termasuk underweight, underweight, atau overweight.
Selain BMI, temuan lain dari penelitian ini menyimpulkan bahwa anak-anak dengan kadar BPA lebih tinggi dalam urinnya memiliki lingkar pinggang lebih besar.
Lingkar pinggang yang besar merupakan indikator obesitas dan bisa menjadi tanda penumpukan lemak di area perut. Hal ini tentunya tidak dapat diprediksi karena akan meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan serius di kemudian hari, seperti penyakit jantung dan diabetes.
Studi tersebut menemukan bahwa anak-anak dengan kadar BPA tinggi mengalami peningkatan ketebalan kulit. Peningkatan ketebalan kulit mungkin mengindikasikan akumulasi lemak subkutan, yang berhubungan dengan obesitas dan risiko kardiometabolik.
Berdasarkan penelitian ini, para orang tua dan calon orang tua akan memahami bahwa paparan BPA berdampak buruk pada perkembangan otak dan dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang pada anak di masa depan. (**TIKAR**)