HTS Jamin Keamanan Pasukan Rusia selama Pindahkan Peralatan Militer, sedang Tahap Negosiasi

Berita Port Tartus Tribune.

Barisan pengangkut personel lapis baja, tank, dan truk Rusia memenuhi jalan raya Suriah selama dua hari terakhir, lapor Guardian.

Konvoi tersebut dicegat oleh pesawat tempur HTS.

Di sisi lain, perwakilan militer Rusia memastikan pangkalan udara T4 di Homs telah dievakuasi seluruhnya pada Sabtu (14/12/2024) setelah berkoordinasi dengan HTS.

Pasukan Rusia belum ditarik dari Suriah, menunggu keputusan Vladimir Putin mengenai tindakan lebih lanjut, kata perwakilan tersebut.

Sementara itu, HTS mengungkapkan, situasi di pusat T4 semakin memburuk selama seminggu terakhir, dengan banyaknya sampah yang terkumpul dan persediaan makanan yang semakin menipis.

Namun militer Rusia belum segera mengomentari masalah tersebut.

Saat ini, Pangkalan Udara Khameimim dan Pelabuhan Tartus adalah satu-satunya pangkalan aktif Rusia di Suriah.

Di Tartous, pejabat HTS mengatakan mereka bersedia membiarkan Rusia mengendalikan pelabuhan tersebut.

HTS, pada bagiannya, ingin mengakhiri perang saudara di Suriah dan bertujuan untuk mengeluarkan negara tersebut dari situasi kemanusiaan yang menyedihkan.

“Kita perlu memperbaiki hubungan (dengan Rusia). Negara ini (Suriah) sudah mati, rakyatnya sangat miskin.”

“Masyarakat bekerja keras untuk menghentikan pertumpahan darah, mereka ingin membangun kehidupan baru dan maju,” kata seorang pejabat HTS. Saat ini sedang dalam proses negosiasi

Rusia dan HTS berada dalam “tahap awal” perundingan mengenai bagaimana Moskow akan mengelola pangkalan militernya di Suriah setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad, kata seorang pejabat HTS yang mengetahui perundingan tersebut.

Kedua belah pihak menyatakan posisi perundingan baik.

Meskipun para pejabat HTS telah mengakui peran Rusia dalam “membom warga sipil tak berdosa” di Suriah sejak tahun 2015, kelompok tersebut tampaknya mengambil pendekatan pragmatis terhadap hubungannya dengan kekuatan asing.

Pejabat HTS mengatakan tidak akan ada “garis merah” dalam pembicaraan dengan Rusia, yang “didasarkan pada kepentingan strategis, bukan ideologi”.

Baik Moskow maupun HTS telah mengambil langkah awal.

Moskow memberikan bantuan kemanusiaan ke Suriah, yang berada dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan.

Namun usulan tersebut ditolak karena HTS merasa dukungan sudah diberikan oleh sejumlah donor asing.

Dalam pernyataan publik pertamanya sejak digulingkan, Assad mengatakan pada Senin (16/12/2024) bahwa Pangkalan Udara Khameimim adalah pemberhentian pertamanya setelah melarikan diri dari Damaskus.

Pejabat HTS mengatakan pemerintah baru Suriah akan menuntut ekstradisi Assad atau menyerahkannya ke Pengadilan Kriminal Internasional.

HTS mengatakan pihaknya tidak yakin Rusia akan mengabulkan satu permintaan pun.

Tujuan utama HTS tampaknya adalah membangun hubungan ekonomi dan politik yang lebih baik dengan Rusia dan kekuatan internasional lainnya, yang menurut para pejabat HTS akan memberikan legitimasi kepada pemerintahan baru.

Pejabat itu mengatakan penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada tahun 2021 adalah pelajaran yang ingin dihindari kelompok tersebut dengan Rusia.

Namun, cerita berbeda diungkapkan juru bicara pemerintahan transisi baru yang ditunjuk HTS, Obeida Arnout.

Arnout meminta Rusia mempertimbangkan kembali apakah personel militernya harus tetap berada di Suriah atau tidak.

“Saya pikir Rusia harus mempertimbangkan kembali kehadiran dan kepentingannya di wilayah Suriah,” katanya kepada Euro News.

“Kepentingan mereka terkait dengan rezim kriminal Assad. Mereka dapat mempertimbangkan kembali dan mengambil inisiatif untuk menghubungi pemerintahan baru untuk menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai musuh dengan rakyat Suriah dan bahwa masa rezim Assad akhirnya berakhir,” katanya. . Rezim al-Assad jatuh

Setelah puluhan tahun berkuasa, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad jatuh pada Minggu (7/12/2024) ketika ibu kota Damaskus jatuh ke tangan oposisi. Kelompok oposisi bersenjata telah terlibat dalam perjuangan panjang untuk menggulingkan rezim al-Assad, seperti dilansir Middle East Monitor.

Setelah pertempuran meningkat pada 27 November 2024, rezim al-Assad kehilangan sebagian besar kendalinya atas banyak wilayah mulai dari Aleppo, Idlib hingga Hama.

Pada akhirnya, ketika orang-orang turun ke jalan di Damaskus, pasukan pemerintah mulai menarik diri dari pusat-pusat umum dan jalan-jalan. Pada saat yang sama, kelompok oposisi memperketat cengkeraman mereka di pusat kota.

Dengan diserahkannya Damaskus kepada oposisi, pemerintahan 61 tahun al-Assad secara resmi berakhir.

Al-Assad dan keluarganya diketahui melarikan diri dari Suriah setelah oposisi menguasai Damaskus.

Rezim Al-Assad di Suriah dimulai pada tahun 1963 ketika Partai Ba’ath Sosialis Arab berkuasa melalui kudeta.

Pada tahun 1970, ayah al-Assad, Hafez al-Assad, merebut kekuasaan melalui kudeta internal partai.

Setahun kemudian, Hafez al-Assad resmi menjadi presiden Suriah.

Dia terus berkuasa hingga kematiannya pada tahun 2000, ketika al-Assad digantikan.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Facundo Chrysnha)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *