TRIBUNNEWS.COM – Abd al-Malik al-Houthi, ketua kelompok Houthi Yaman, mengatakan kapal-kapal Mesir masih mengirimkan pasokan ke musuh-musuh Israel.
Menurutnya, tindakan Mesir mendahului banyak negara dan hal tersebut tidak boleh terjadi.
Abdul Malik al-Houthi merujuk pada kejadian baru-baru ini di Palestina dalam pidatonya pada hari Kamis.
“Israel masih mendapatkan keuntungan besar dari hubungan ekonomi dengan Mesir dan kapal-kapal Mesir masih mengirimkan barang ke Israel sebelum banyak negara lain,” kata Abdul Malik al-Houthi dalam pidatonya, Kamis (30/5/2024) malam.
Namun, dia berpendapat bahwa Mesir dapat menerima hal ini sebagai respons terhadap meningkatnya pendudukan Israel di Jalur Gaza.
“Mungkin ada langkah berani dan kuat dari Mesir, bahkan sampai pada tingkat memutuskan hubungan ekonomi dengan musuh,” lanjutnya.
“Jika Republik Arab Mesir bergerak ke arah ini, mereka akan mendapat dukungan rakyat dan Republik Yaman akan mendukungnya,” tambahnya.
Abdul Malik al-Houthi mengatakan negara-negara Arab berencana memberikan bantuan keuangan kepada Israel seiring Israel melanjutkan pendudukannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Di saat rakyat Palestina kelaparan, muncul perbincangan tentang bantuan Arab kepada musuh-musuh Israel.
“Setiap dukungan Arab terhadap masyarakat Israel merupakan kontribusi langsung terhadap agresi mereka terhadap rakyat Palestina, yang sangat disayangkan dan menyakitkan,” lanjutnya memperingatkan negara-negara Arab.
Abdul Malik al-Houthi menekankan bahwa negara Arab mana pun yang membantu Israel akan merugikan pendukung Yaman dan Palestina.
“Sungguh menyedihkan melihat dukungan media yang jelas terhadap musuh-musuh Israel dari media yang terkait dengan rezim Arab,” ujarnya, seperti dikutip Shafagna Palestine.
Dalam pidatonya, Abdul Malik al-Houthi juga menceritakan prestasi para pejuangnya yang menyerang 10 kapal yang terkait dengan Israel pada pekan ini.
“Operasi di Yaman minggu ini dilakukan dengan 27 rudal balistik dan jelajah serta satu drone,” katanya.
“10 operasi kami ditujukan terhadap 10 kapal yang terkait dengan musuh Israel, Amerika, dan Inggris, serta kapal milik perusahaan yang melanggar keputusan memasuki pelabuhan Palestina yang diduduki,” lanjutnya.
Pemimpin Houthi juga menekankan bahwa agresi berkelanjutan koalisi AS-Inggris terhadap Yaman tidak akan mengubah posisi Houthi dalam mendukung perlawanan Palestina.
“Pendudukan ini gagal mencapai tujuannya menghentikan operasi militer Yaman demi kepentingan Gaza,” katanya seperti dikutip Almahjar.
Sejak 19 November 2023, kelompok Houthi di Yaman turut serta dalam solidaritas dengan warga Palestina yang menghadapi agresi Israel dengan menargetkan kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel yang melintasi Laut Merah menuju pelabuhan-pelabuhan Israel.
Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, membentuk aliansi dengan Inggris dan negara-negara lain untuk melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal tersebut.
AS dan Inggris telah melakukan serangkaian serangan udara di Yaman untuk melemahkan pasukan Houthi di Laut Merah, sementara Houthi bersikeras bahwa mereka akan menghentikan operasi mereka jika Israel mengakhiri pendudukannya di Jalur Gaza dan gencatan senjata tercapai. Jumlah korban
Israel masih melakukan pendudukan di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas meningkat menjadi lebih dari 36.224 orang dan pada Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (31/5/2024) tercatat 81.777 orang luka-luka dan 1.147 orang meninggal. . Di wilayah Israel, Anadolu melaporkan.
Sebelumnya, pada Sabtu (7/10/2023) Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan oposisi Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk memprotes pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa.
Menyusul pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel memperkirakan 136 sandera masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.
Sementara itu, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina dan Israel