TRIBUNNEWS.com – Abdul Malik Al-Houthi, pemimpin kelompok Houthi Yaman, telah mengkonfirmasi bahwa Iran dan Perlawanan Poros akan terus menyerang Israel, di tengah rumor penundaan pembalasan.
Abdul Malik menegaskan bahwa penundaan serangan balasan oleh Perlawanan Iran dan Poros adalah masalah taktis untuk respon yang efektif.
Menurutnya, pembunuhan Ismail Haniyeh, kepala Biro Politik Hamas, dan Fuad Shukr, pemimpin senior Hizbullah, telah berdampak pada seluruh wilayah.
“Musuh Zionis (Israel) berada dalam kondisi ketakutan dan kepanikan yang luar biasa setelah menciptakan ketegangan yang berbahaya,” ujarnya, seperti dikutip saluran berita Al Masirah Yaman, IRNA, Kamis (8/8/2024).
Abdul Malik menambahkan bahwa para pejabat Iran bersikeras bahwa serangan balasan terhadap Israel tidak dapat dihindari dan apa yang akan terjadi tidak dapat diabaikan dalam keadaan apa pun.
Ia menekankan: “Musuh-musuh Zionis tahu pasti akan ada respons (serangan balas dendam). Mereka bersiap di bawah pengawasan Amerika Serikat (AS) dan kerja sama Barat, serta beberapa pemerintah Arab.”
“Tidak ada cara untuk menghentikan kami melakukan respons (serangan balasan) atau tekanan tersebut. Seruan, pesan, dan mediator terus dilakukan untuk meyakinkan Iran agar merespons dengan cara yang sederhana.”
Namun kami tetap menentang upaya tersebut secara transparan, karena rezim Zionis (Israel dan AS) mengincar tamu Iran (Haniyeh), jelasnya.
Di saat yang sama, Abdul Malik juga menegaskan Yaman akan membalas dendam terhadap Israel atas serangan di pelabuhan Hodeidah bulan lalu.
Sebelumnya, laporan berita mengindikasikan bahwa Iran menunda serangan balasan terhadap Israel sambil menunggu hasil pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi.
Ketegangan meningkat di Timur Tengah menyusul pernyataan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang bersumpah akan memberikan “hukuman berat” bagi Israel atas kematian Haniyeh.
“Rezim kriminal dan teroris Zionis membunuh tamu-tamu tercinta kami di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka,” kata Khamenei pada Rabu (31/7/2024), dilansir Al Jazeera.
Dia menambahkan bahwa “rezim Zionis juga sedang mempersiapkan hukuman berat”.
Khamenei juga menekankan bahwa sudah menjadi tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.
“Kami menganggap tugas kami untuk membalas darahnya (kematian Haniyeh) dalam insiden menyedihkan dan sulit di wilayah Republik Islam ini,” kata Khamenei, sambil menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Haniyeh dan kelompok Palestina.
Sebagai informasi, Haniyeh tewas dalam penyerangan di Teheran, dini hari tanggal 31 Juli 2024, saat ia dalam perjalanan menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.
Upacara pembukaan Pezeshkian diketahui menjadi penampilan terakhir Haniyeh.
Selain Haniyeh, pengawal pribadinya sekaligus wakil komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam penyerangan tersebut.
Jenazah Haniyeh dimakamkan di Qatar pada Jumat (8/2/2024).
Setelah kematian Haniyeh, Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala Biro Politik yang baru. Iran: Persiapan Israel akan sia-sia
Pekan lalu, seorang diplomat Iran yang tidak disebutkan namanya menyebut persiapan Israel untuk melakukan serangan balas dendam terhadap Teheran atas pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh sia-sia.
Sebagai informasi, Wall Street Journal melaporkan pada Jumat (8/2/2024) bahwa Israel dan Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan “serangan balik Iran yang tidak terduga terhadap Israel secepatnya pada akhir pekan ini.”
Sebagai tanggapan, diplomat Iran menekankan bahwa Israel telah melampaui batas yang ditetapkan oleh Teheran.
Diplomat tersebut juga meyakinkan bahwa serangan balik Iran akan cepat dan mematikan.
“Tidak ada gunanya (mempersiapkan serangan Iran). Israel telah melewati semua garis merah. Respons kami akan cepat dan kuat,” kata diplomat tersebut, Anadolu Ajansi melaporkan.
Diplomat yang memberi tahu Iran mengatakan bahwa upaya negara-negara tersebut untuk meyakinkan Teheran agar tidak melakukan eskalasi telah dan akan terus sia-sia mengingat serangan Israel baru-baru ini.
Tanggapan diplomat tersebut muncul setelah Pentagon mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan mengerahkan sumber daya militer tambahan di Timur Tengah, sehingga meningkatkan ketegangan.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memerintahkan pengerahan kapal angkatan laut tambahan, jet tempur dan sistem pertahanan rudal balistik di Timur Tengah, Pentagon mengumumkan.
Perintah ini dikeluarkan untuk mengantisipasi tanggapan Perlawanan terhadap pembunuhan baru-baru ini terhadap Iran, Haniyeh, dan Fuad Shukr.
Menurut Pentagon, Austin memberi tahu Israel tentang rencana tersebut melalui Menteri Keamanan Yoav Gallant, seperti dikutip Al Mayadeen.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)