TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin gerakan Ansar Allah Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menegaskan Israel akan terkejut dengan teknologi baru yang belum pernah terlihat dalam pertempuran darat.
“Musuh akan terkejut dengan teknologi baru, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dalam pertempuran darat, seperti halnya mereka terkejut di laut,” kata al-Houthi dalam pidatonya di acara Maulid Nabi, Kamis (5/9/2024).
Al-Houthi juga membahas perkembangan terkini serangan Israel di Jalur Gaza serta perkembangan regional dan lokal.
Ia menegaskan jihad harus terus berlanjut, mengingat serangan Amerika-Israel terhadap rakyat Yaman di wilayah yang dikuasai Houthi.
“Operasi militer Yaman terus berlanjut, dan setiap minggu hasilnya adalah pemboman rudal dan penargetan musuh dengan rudal balistik dan jelajah,” katanya, mengacu pada operasi yang menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah.
Al-Houthi juga mengkritik beberapa rezim Arab yang berusaha menenangkan musuh (Israel) dan memberikan konsesi.
“Kami mengutuk masyarakat Arab yang menyaksikan kejahatan yang dilakukan di Palestina, termasuk pembunuhan dan kelaparan, dan menganggap keterlibatan ini sebagai pelanggaran kehormatan, pembakaran Al-Quran dan perusakan masjid,” lanjutnya, dilansir Al Quds. .
Dia juga menekankan bahwa rezim-rezim Arab ini akan tetap terbuka terhadap kerja sama dan kesetiaan kepada Israel. Houthi ingin menghadapi Israel secara langsung
Al-Houthi menegaskan, rakyat Yaman ingin berperang melawan Israel jika negara-negara Arab membuka jalan ke Israel.
“Sejak awal agresi Israel di Gaza, kami ingin ratusan ribu warga kami dimobilisasi untuk terlibat dalam pertempuran darat langsung melawan musuh-musuh Israel, namun geografi rezim Arab yang luas, banyak di antaranya konsisten dengan musuh-musuh Israel. . , kita dicegah untuk berhadapan langsung dengan musuh, ujarnya.
Dia dengan bangga mengatakan bahwa operasi Houthi dilakukan di luar Laut Merah.
“Kami terus bekerja dan Tuhan telah mencapai hasil yang luar biasa untuk operasi angkatan laut di Laut Merah, Teluk Aden dan India. Sampai ke Mediterania,” katanya.
Al-Houthi menegaskan, masyarakat Yaman akan terus mengembangkan kemampuannya selain melanjutkan operasi di laut.
Dia menekankan bahwa Houthi akan melakukan segala upaya untuk mendukung rakyat Palestina dan mengkritik negara-negara Arab lainnya karena tidak memberikan bantuan militer.
“Jika tekad bangsa Palestina mendapat dukungan dan dukungan dari bangsanya (Arab), maka segalanya akan lebih maju, namun apa yang terjadi di Palestina merupakan ujian penting bagi bangsa kita dan mengungkap realitas seluruh rakyat, dari rezim. . dan elit,” ujarnya.
Ia menilai Israel adalah negara pengecut dan gagal, meski mereka mengaku punya kekuatan militer.
“Realitas musuh-musuh Israel menunjukkan bahwa mereka gagal meskipun memiliki kekuatan dan perlawanan rakyat Palestina dapat mencapai kemajuan yang lebih besar dengan dukungan bangsa ini,” lanjutnya, seperti dilansir Yemen Now News. Awalnya, Houthi menargetkan kapal-kapal yang menuju Israel
Sejak 19 November 2023, Houthi telah menargetkan kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel di Laut Merah untuk menekan Israel agar mengakhiri agresinya di Jalur Gaza.
Kelompok Houthi menyatakan mereka tidak akan menghentikan serangan mereka dari Laut Merah sampai berakhirnya agresi Israel di Jalur Gaza, pencabutan blokade Jalur Gaza dan datangnya bantuan kemanusiaan untuk Palestina.
Sementara itu, sekutu Israel, AS, bersama Inggris membentuk Koalisi Laut Merah untuk menyerang wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dan menekan Houthi agar menghentikan serangan terhadap kapal-kapal terkait Israel di wilayah tersebut. Jumlah korban tewas di Jalur Gaza
Saat ini Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, sejak Sabtu (10/7/2023) hingga Rabu (4/9/2024), korban jiwa warga Palestina mencapai lebih dari 40.861 orang, dan 94.398 orang lainnya luka-luka. dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, Al Jazeera mengutip.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, terdapat sekitar 109 sandera di Jalur Gaza, baik hidup maupun mati, yang masih ditahan oleh Hamas.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel