Hormati Vladimir Putin, Abu Marzouk: Hamas akan Membebaskan Sandera Rusia

Hormati Vladimir Putin, Abu Marzouk: Hamas akan membebaskan tahanan Rusia 

TRIBUNNEWS.COM – Wakil kepala kantor politik Hamas di luar negeri Musa Abu Marzouk mengatakan kelompoknya akan melepaskan dua warga negara yang menahan warga Rusia setelah gencatan senjata dan kesepakatan gencatan senjata tercapai.

Abu Marzouk menyatakan, masalah tahanan Israel dan Rusia telah dibahas dengan perwakilan khusus Presiden Federasi Rusia yang membidangi Timur Tengah dan Afrika, Mikhail Bogdanov.

“Kami mengatakan kepada (Bogdanov) bahwa ketika Israel menerima gencatan senjata dan keputusan pertukaran tahanan, mereka akan menjadi prioritas, untuk menghormati persahabatan kami dengan Federasi Rusia,” ujarnya, seperti dilansir Khaberni, Selasa (25/6/2024). ).

Dia mencatat bahwa di masa lalu, Hamas membebaskan seorang warga negara Israel dan Rusia, tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian, untuk menghormati Presiden Rusia Vladimir Putin dan reputasi baik Rusia terhadap rakyat Palestina.

Dia berkata: “Tidak ada tahanan Rusia yang ditahan oleh Hamas. Semua tahanan adalah warga negara Israel, dan sebagian besar dari mereka memiliki kewarganegaraan berbeda, termasuk beberapa yang memiliki kewarganegaraan Amerika, Meksiko, dan Amerika… dan Ukraina, Rusia, dan lainnya.”

Ia menyatakan Hamas masih menunggu persetujuan Israel atas usulan tersebut berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB dan keputusan Mahkamah Internasional yang masih menolak diterima oleh Israel. Presiden Rusia Vladimir Putin membacakan syarat perdamaian dengan Ukraina, Jumat 14 Juni 2024 (Valery Sharifulin / TASS) Putin mengutuk genosida

Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Putin juga mengecam serangan Gerakan Islam Palestina (Hamas) terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, namun respons Israel terhadap Jalur Gaza bukanlah perang melawan Hamas.

“Apa yang terjadi saat ini di Gaza sebagai respons atas serangan Hamas terhadap Israel sama sekali tidak terlihat seperti perang,” kata Putin saat diwawancarai media Turki Anadolu, Rabu (5/6/2024).

Dia melanjutkan dengan mengatakan, “Ini setara dengan membunuh warga sipil pada umumnya.”

Putin mengatakan masih ada harapan bagi pembentukan negara Palestina dan tidak ada otoritas yang mendominasi upaya menciptakan perdamaian di Timur Tengah.

Presiden Rusia menegaskan, Rusia berupaya berkontribusi dalam upaya mencapai hal tersebut.

“Kami berusaha seefektif mungkin dengan tujuan menyelesaikan konflik, termasuk dari sudut pandang kemanusiaan,” kata Putin.

Menurutnya, meningkatnya serangan militer di Timur Tengah dipengaruhi oleh kebijakan Amerika Serikat (AS) yang mengisolasi dan merespons Israel dan Palestina.

Ia mengatakan Amerika Serikat harus berperan aktif dalam menciptakan perdamaian di Timur Tengah, namun negara-negara di kawasan harus memainkan peran penting.

Putin mengatakan bahwa Rusia mendukung pembentukan dua negara: Israel dan Palestina.

“Kami sudah lama mengakui Negara Palestina, sejak zaman Uni Soviet. Pendekatan kami dalam bidang ini tidak berubah,” ujarnya.

Dalam wawancara tersebut, Putin juga memuji langkah yang diambil Turki dalam mendukung solusi bagi Israel dan Palestina.

Hingga saat ini, Rusia berusaha menunjukkan kemarahannya terhadap Israel dan Hamas, meski berulang kali mengecam Israel.

Tahun lalu, Rusia menjamu perwakilan Hamas di Moskow untuk membahas serangan Israel di Jalur Gaza. Jumlah korban

Israel terus menyerang Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina bertambah hingga lebih dari 36.550 orang, sedangkan 82.959 orang luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (4/6/2024), dan 1.147 orang tewas. di Israel, seperti dilansir Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah kelompok militan Palestina Hamas melancarkan Operasi Al-Aqsa untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).

Israel memperkirakan sekitar 120 sandera, baik hidup maupun mati, masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, setelah melakukan pertukaran 105 sandera dengan 240 warga Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina masih ditahan di penjara Israel, menurut laporan yang diterbitkan The Guardian pada Desember 2023.

(oln/khbrn/anadolu/*) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *