Hizbullah Umumkan akan Setop Perang dengan Israel jika Ada Gencatan Senjata di Gaza

TRIBUNNEWS.COM – Wakil pemimpin kelompok militan Lebanon Hizbullah, Sheikh Naim Qassem, mengatakan satu-satunya cara pasti untuk mencapai gencatan senjata di perbatasan antara Lebanon dan Israel adalah gencatan senjata total di Gaza.

Sheikh Naim Qassem mengatakan partisipasi Hizbullah dalam perang antara Israel dan Hamas adalah “dukungan lini pertama” bagi sekutunya Hamas.

“Jika ada gencatan senjata di Gaza, kami akan berhenti tanpa diskusi apa pun,” katanya kepada The Associated Press pada Selasa (7/2/2024) dalam wawancara di kantor politik kelompok tersebut di pinggiran selatan Beirut.

“Jika perang berakhir, dukungan militer ini tidak akan ada lagi,” tegasnya.

Namun, jika Israel membatasi operasi militernya tanpa perjanjian gencatan senjata resmi dan penarikan penuh dari Gaza, maka dampaknya terhadap konflik perbatasan Lebanon-Israel menjadi kurang jelas.

“Jika apa yang terjadi di Gaza adalah campuran antara gencatan senjata dan tidak ada gencatan senjata, perang dan tidak ada perang, kita tidak bisa merespons sekarang (bagaimana kita akan meresponsnya) karena kita tidak tahu bentuk, hasil, dampaknya,” jelas Qassem. Perundingan gencatan senjata terhenti

Pada Sabtu (29/6/2024), pejabat senior Hamas Osama Hamdan mengatakan tidak ada kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata dengan Israel terkait perang Gaza.

Osama Hamdan mengatakan kelompok Palestina masih siap memproses secara positif setiap usulan gencatan senjata untuk mengakhiri perang.

Upaya mediator Arab yang didukung Amerika Serikat (AS) sejauh ini gagal mencapai gencatan senjata.

Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut.

Hamas mengatakan kesepakatan apa pun harus mengakhiri perang dan menyebabkan penarikan total Israel dari Gaza.

Sementara itu, Israel mengatakan mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas, yang menguasai Gaza sejak 2007, digulingkan.

Hamdan kemudian menuduh Amerika Serikat menekan Hamas untuk menerima persyaratan Israel.

“Hamas sekali lagi siap menghadapi secara positif setiap proposal yang menjamin gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dan perjanjian pertukaran yang serius,” ujarnya, seperti dikutip Arab News.

Pernyataan Osama Hamdan merujuk pada potensi pertukaran sandera yang ditahan di Gaza dengan warga Palestina di penjara Israel. Update perang antara Israel dan Hamas

Seperti diberitakan Al Jazeera, pertempuran sengit dilaporkan terjadi di wilayah Shujaiyeh di Gaza, sementara PBB menyebutkan jumlah pengungsi di wilayah yang terkepung dan dibom kini mencapai 1,9 juta orang.

Ratusan pasien Palestina terpaksa meninggalkan rumah sakit Eropa dan kamp tenda pengungsi di Khan Younis kosong ketika militer Israel memerintahkan evakuasi segera di daerah timur kota terbesar kedua Gaza.

Perintah evakuasi massal terbaru datang ketika tank-tank Israel dan pertempuran sengit menjebak warga sipil Palestina di Rafah, selatan Jalur Gaza, dan di daerah Shujaiyeh, utara Kota Gaza. Foto – Asap mengepul dari Kota Gaza saat dibombardir oleh artileri dan pesawat Israel. (penyuapan)

Pasukan Israel membunuh empat warga Palestina dalam serangan terhadap kamp pengungsi Noor Shams di kota Tulkarem, Tepi Barat yang diduduki.

Setidaknya 31 warga Palestina, termasuk sembilan anggota keluarga pengungsi, tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada hari Selasa.

Sedikitnya 37.925 orang tewas dan 87.141 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Korban tewas akibat serangan pimpinan Hamas di Israel diperkirakan mencapai 1.139 orang, dan puluhan lainnya masih ditawan di Gaza.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *