Hizbullah: Kita Harus Menghentikan Israel Ketika Israel Berhenti Membunuh di Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Hizbullah Mengatakan Kita Tidak Boleh Meninggalkan Israel Saat Israel Berhenti Membunuh Di Gaza
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah kemarin mengatakan bahwa kelompok itu harus diakhiri jika Israel menghentikan ‘pembunuhan di Gaza’.
Mengkritisi ancaman Israel, ia menambahkan Hizbullah siap membela Tel Aviv jika menyerang Lebanon setelah kesepakatan tercapai tanpa melalui Gaza.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan pada hari Rabu bahwa kelompoknya akan menyerang Israel jika ada gencatan senjata di Jalur Gaza, Anadolu Agency melaporkan.
“Siapa pun yang mengancam kami dengan invasi… mereka harus melihat apa yang terjadi di Rafah (Gaza selatan) di mana mereka gagal,” kata Nasrallah melalui radio.
Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengancam perang dengan Hizbullah jika kelompok itu tidak mundur ke luar Sungai Litani di Lebanon selatan.
Sungai ini berjarak beberapa kilometer dari perbatasan dan dikendalikan berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri perang dengan Israel pada tahun 2006.
“Mendorong Hizbullah delapan atau 10 kilometer dari perbatasan, seperti yang dituntut oleh pendudukan (Israel), tidak akan menyelesaikan masalah,” kata Nasrallah.
Jika Israel memutuskan untuk menyerang Lebanon selatan setelah pertempuran di Gaza, “kami akan membela Lebanon dan tidak akan mentoleransi pendudukan tersebut,” pemimpin Hizbullah itu memperingatkan.
Nasrallah mengatakan kelompoknya akan menyerukan resolusi yang tidak dapat dinegosiasikan jika kesepakatan mengenai Gaza tercapai.
“Hamas mewakili oposisi dalam perundingan, dan bahkan jika mereka menerimanya, kami semua menerimanya karena mereka bekerja sama dengan kelompok Palestina,” tambahnya.
Di tengah serangan antara kedua belah pihak, kekhawatiran akan perang habis-habisan antara Israel dan Hizbullah semakin meningkat.
Peningkatan tersebut berasal dari kekerasan Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 38.300 orang sejak akhir Oktober menyusul serangan Hamas.
Sumber: Monitor Timur Tengah