TRIBUNNEWS.COM – Organisasi perlawanan Islam Lebanon, Hizbullah, sedang bertempur sengit dengan pasukan Israel (IDF).
Baru-baru ini, Hizbullah telah melakukan serangan udara dengan skuadron drone penyerang dan baru-baru ini menargetkan pangkalan dan kamp perwira IDF serta tentara unit lapis baja yang ditempatkan di utara Barak Yafta.
Satu skuadron atau 12 drone segera menyasar tenda tentara Zionis dan memastikan adanya korban jiwa.
Tak hanya itu, Hizbullah dikabarkan mengincar peralatan mata-mata di Misgaon Umm dengan senjata presisi dan langsung menyerangnya.
“Pejuang perlawanan Islam menargetkan al-Jarda Point dengan senjata roket dan langsung menyerangnya,” kata Hizbullah, mengutip Palestine Chronicle, Minggu (28/07/2024).
Hizbullah juga menargetkan sistem intelijen teknis IDF di Munnar dan menargetkan instalasi militer musuh dengan drone penyerang, menyebabkan serangan langsung dan menyebabkan korban jiwa, termasuk dan terluka.
Sementara itu, Brigade Al-Quds mengincar kediaman tentara musuh Israel di Munar Basti dengan senjata presisi yang langsung menghantam bangunan tersebut sehingga menimbulkan banyak korban jiwa.
Sementara itu, pada hari Sabtu (27/07/2024) pukul 16.40, senjata presisi yang menyasar alat pengintai di Samaqah di pegunungan Qafarshab Lebanon yang diduduki langsung mengenai alat tersebut dan menyebabkan kehancurannya. Lanjut Al Quds. .
Kelompok Lebanon juga membombardir posisi artileri musuh di al-Zoura dengan puluhan roket Katyusha.
Dan markas Brigade Hermon di Barak Maali Golani juga dibombardir dengan roket Katyusha. Update korban di Gaza
Kementerian Kesehatan mengumumkan pada Minggu (28/7/2024) total kematian di Gaza sejak 7 Oktober mencapai 39.324 orang.
Sekitar 90.830 orang lagi terluka dalam serangan itu, tambah pernyataan kementerian.
“Dalam 24 jam terakhir, pasukan Israel membunuh 66 orang dan melukai 241 lainnya dalam ‘pembantaian’ tiga keluarga,” kata kementerian itu, mengutip Anadolu Agency.
Selain itu, masih banyak orang yang terjebak di bawah puing-puing dan jalanan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau para korban.
Lebih dari sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza telah hancur akibat blokade ketat terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)