TRIBUNNEWS.COM – Laporan menyebutkan kelompok militan Lebanon Hizbullah mulai mengevakuasi pejabat tinggi Lebanon selatan dan timur pada Senin (29/7/2024).
“Hizbullah telah mengevakuasi banyak tempat di selatan dan Lembah Bekaa yang mereka pikir bisa menjadi target Israel,” kata sumber yang dekat dengan kelompok tersebut, menurut SCMP.
Tak hanya Hizbullah yang melakukan migrasi besar-besaran, Hizbullah juga menaikkan status wilayahnya menjadi peringatan.
Hizbullah telah menerapkan strategi peringatan perang dengan membersihkan beberapa wilayah penting di Lebanon selatan dan Lembah Bekaa timur.
Evakuasi tersebut dilakukan sebagai antisipasi serangan yang akan dilakukan militer Israel dalam waktu dekat.
Mempertimbangkan hal tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan lampu hijau untuk menyerang Hizbullah di Lebanon 24 jam sebelumnya. Israel mengancam akan menyerang Lebanon dalam 24 jam
Peringatan itu dikeluarkan tak lama setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi lampu hijau untuk menyerang Hizbullah di Lebanon dalam 24 jam ke depan.
Seorang pejabat senior Israel menyatakan bahwa izin untuk menyerang Lebanon diberikan sebagai tanggapan atas serangan militan Hizbullah baru-baru ini.
Baru-baru ini, Hizbullah disalahkan atas serangan roket yang menewaskan seorang anak dan 12 remaja di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Israel menuduh Hizbullah sebagai komandan utama penembakan roket Falak-1 buatan Iran ke Golan.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Galant mengatakan: “Sebuah rudal yang ditembakkan oleh Hizbullah menargetkan anak-anak yang bermain di taman bermain di Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan. Sejauh ini, sembilan anak-anak dan remaja Israel telah tewas dan lebih dari 30 orang terluka.”
“Hizbullah bertanggung jawab atas hal ini dan mereka akan menanggung akibatnya. Kami akan memukul musuh dengan keras,” tambahnya.
Namun kelompok yang didukung Iran menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam serangan roket di Majdal.
Hizbullah telah berulang kali membantah bertanggung jawab atas insiden tersebut, dan mengatakan bahwa serangan itu adalah kesalahan Israel.
Israel belum mengumumkan kapan invasi ke Lebanon akan dilakukan, namun menurut video yang diposting di media sosial, sejumlah tank dan pengangkut personel lapis baja Israel sudah mulai dikirim ke wilayah utara yang berbatasan dengan Lebanon. Amerika dan sekutunya meminta Israel menghentikan serangan tersebut.
Untuk mencegah serangan besar yang dapat memperburuk situasi di Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdullah Bou Habib, memulai operasi diplomatik untuk mencegah kemungkinan balas dendam Israel terhadap kelompok bersenjata Hizbullah.
Langkah serupa juga diambil oleh Amerika Serikat, Perancis dan negara-negara lain.
Mereka berusaha mencegah konflik regional, meyakinkan Israel agar tidak memasuki negara Lebanon.
Bahkan, untuk mencegah terjadinya perang besar, Lebanon mengklaim telah membentuk unit khusus untuk menyelidiki serangan tersebut.
Menteri Luar Negeri Lebanon Tuan Abdullah Bou Habib berharap hasil penyelidikan ini bisa mengarah ke organisasi lain.
Jika memang ada hubungan antara Israel dan Hizbullah, semoga saja ini adalah kesalahan nyata, bukan kesengajaan. Iran siap melindungi Lebanon
Sementara itu, setelah Netanyahu bersiap menghadapi serangan besar, Iran mengungkapkan siap membentuk Organisasi Pertahanan Lebanon.
Iran tidak akan segan-segan menyerang Israel jika berani menyerang Hizbullah, yang disebut-sebut sebagai dalang serangan di Dataran Tinggi Golan. Hizbullah. yang didirikan atas inisiatif kekuatan revolusioner Iran setelah musuh Israel menginvasi Beirut yang direbut pada tahun 1982. Mr. Pezheshkian mengirimkan pidato tersebut kepada pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah melalui kantor berita resmi Iran, IRNA.
Bapak Pezheshkian menyatakan dukungannya terhadap hal ini sebagai salah satu proyek kebijakan luar negeri pertama sejak kemenangannya dalam pemilihan presiden Iran putaran ke-2. “Republik Islam Iran selalu mendukung perlawanan masyarakat di kawasan (Hizbullah) terhadap Zionis ilegal. rezim.. Tuan Pezeshkian menekankan: “Dukungan perlawanan berakar pada kebijakan dasar Republik Islam Iran. , ideologi Imam Khomeini, dan arahan pemimpin tertinggi, dan akan terus kuat,” (Tribunnews.com/ Namir). Juni)