Laporan koresponden Tribunnews.com Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Teikoku Databank, sebuah perusahaan riset kredit swasta di Tokyo, Jepang, mencatat 182 perusahaan bangkrut dalam enam bulan terakhir sejak Januari hingga Juni 2024.
182 dari perusahaan tersebut bangkrut karena kekurangan pekerja, seperti pergantian karyawan dan kesulitan dalam merekrut staf.
“Ini merupakan angka tertinggi yang pernah tercatat sepanjang tahun ini,” kata seorang sumber kepada Tribunnews.com di kalangan bisnis Jepang, Jumat (5/7/2024).
Berdasarkan industri, terdapat 53 perusahaan di industri konstruksi dan 27 perusahaan di industri logistik, yang mencakup sekitar 40 persen dari total jumlah perusahaan di kedua industri tersebut.
Menurut Teikoku Databank, jumlah kasus yang mengakibatkan terbengkalainya kelangsungan bisnis diperkirakan akan meningkat.
Selain itu, sekitar 80% perusahaan yang bangkrut karena kekurangan pekerja memiliki karyawan kurang dari 10 orang, dan semakin kecil skalanya, semakin sulit menarik sumber daya manusianya.
“Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menaikkan upah untuk memperoleh sumber daya manusia, ada kecenderungan bagi pekerja untuk memilih bisnis yang tidak menaikkan upah,” kata perusahaan yang disurvei.
Sementara itu bagi UKM Handicraft dan pecinta Jepang yang ingin berpameran di Tokyo dapat bergabung di grup WhatsApp Japan Lovers secara gratis melalui email: [email protected] Subject: WAG Japan Lovers. Masukkan nama, alamat, dan nomor WhatsApp Anda.