Hindari Wajib Militer, Puluhan Pria Ukraina Mati Tenggelam di Sungai saat Kabur

TRIBUNNEWS.COM – Beberapa pria Ukraina menghindari wajib militer dengan mencoba melarikan diri ke Rumania dengan berenang menyeberangi Sungai Tisza.

Seorang tentara yang bekerja di wilayah Azov di Ukraina mengatakan banyak dari mereka belum siap dikirim ke garis depan.

Faktanya, tidak ada yang siap ke garis depan, kata prajurit itu kepada TSN, Minggu (28/4/2024).

Pria itu mengatakan julukannya adalah ‘Niko’, meskipun dia terluka dalam perang dan kakinya patah karena tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya.

“Tidak ada seorang pun yang mau bergabung dengan tentara Ukraina sekarang,” katanya.

Ia mengatakan, warga Ukraina yang ia kenal melakukan berbagai hal untuk menghindari wajib militer.

“Orang-orang melakukan segala yang mereka bisa untuk menghindari panggilan, termasuk berenang menyeberangi Sungai Tisza dan menenggelamkan diri di sana,” kata tentara tersebut.

Ia merujuk pada laporan baru-baru ini bahwa banyak pria Ukraina yang kehilangan nyawa saat mencoba melarikan diri dari Ukraina dan menghindari dinas militer di tengah perang Rusia-Ukraina.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan mereka yang mengungsi ke luar negeri tetap memiliki kewajiban untuk menyelesaikan wajib militer.

“Tinggal di luar negeri tidak menghilangkan tanggung jawab seorang warga negara terhadap negaranya,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menggarisbawahi posisi Kiev terhadap tanggung jawab warga negara di negaranya, Minggu (28/4/2024).

Bulan lalu, penjaga perbatasan Ukraina melaporkan kematian ke-22 karena tenggelam di Sungai Tisza sejak awal konflik pada Februari 2022.

Sungai yang terletak di perbatasan Ukraina dan Rumania ini semakin banyak digunakan oleh mereka yang ingin melarikan diri ke luar negeri.

Namun, keluarga Azov tidak menunjukkan simpati terhadap orang yang tenggelam tersebut.

“Mereka harus berperang dan mati seperti tentara sungguhan…bukannya tenggelam seperti tikus,” katanya kepada TSN.

Pada awalnya, komandan tentara Ukraina, Jenderal Aleksandr Pavlyuk, mengkritik mereka yang menunjukkan simpati terhadap para pengunjuk rasa yang gugur.

Menurutnya, ungkapan simpati secara umum ini melemahkan rancangan undang-undang Ukraina yang mewajibkan laki-laki Ukraina yang memenuhi syarat untuk wajib militer.

“Kritik terhadap inisiatif ini mengabaikan gagasan dasar bahwa adalah ilegal bagi laki-laki untuk menghindari tanggung jawab dasar mereka untuk membela Ukraina,” katanya.

Pencegahan supremasi hukum menjadi semakin mendesak bagi Ukraina.

Banyak yang mencoba meninggalkan negara itu secara ilegal.

Sekitar 20.000 orang telah diselundupkan melintasi perbatasan pada Agustus 2023 dan upaya ilegal dilakukan setiap hari, menurut perkiraan BBC.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Cerita lainnya terkait dengan Rusia dan Ukraina

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *