Laporan jurnalis Tribunnews.com Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Peningkatan nilai tambah barang melalui hilirisasi menjadi kunci pemerintah memperkuat perekonomian nasional.
Sebagai negara kepulauan dengan tanah yang subur, banyak tanaman yang dapat tumbuh dengan baik, termasuk pohon kelapa.
Indonesia berpeluang meningkatkan ekspor melalui komoditas tersebut. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, Indonesia mampu memproduksi 17.190.327 ton kelapa pada tahun 2022 atau setara dengan 27 persen produksi kelapa dunia.
Dari sisi ekspor, pada tahun 2023 Indonesia mampu mengekspor kelapa dan turunannya senilai 1,5 miliar dolar AS.
Direktur Jenderal Agroindustri Kementerian Perindustrian Putu Yuli Ardika mengatakan potensi kelapa di Indonesia, khususnya Lombok, sangat kaya.
Potensi tersebut perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan menyusun rencana tindak lanjut kelapa terpadu dan menentukan model bisnis yang tepat untuk mengembangkan ekosistem pengembangan kelapa terpadu.
“Saat ini Kementerian Perindustrian sedang menyusun peta jalan bersama pemangku kepentingan terkait,” kata Putu saat melakukan kunjungan kerja ke Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (23/04/2024).
Lombok merupakan daerah yang dianggap sebagai center of excellence sebagai contoh pengolahan kelapa yang baik.
Setelah itu, pemerintah mengucurkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp16,8 miliar ke Kabupaten Lombok Utara untuk mendukung industri pengolahan kelapa pada tahun 2022 hingga 2024.
Di wilayah ini, pelaku industri kelapa mampu memproduksi minyak kelapa murni (VCO), minyak, dan tepung kelapa.
“Sumber daya manusia juga perlu mendapat perhatian untuk bisa mengimbangi perkembangan zaman dan tuntutan konsumen. Kami melihat perlunya pelatihan sumber daya manusia yang dapat difasilitasi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian,” ujarnya. menjelaskan.