TRIBUNNEWS.COM – Permainan kata-kata Marc Marquez yang menjadikannya satu-satunya calon tandem Francesco ‘Pecco’ Bagnaia di MotoGP 2025 menunjukkan sesuatu yang luar biasa.
Pramac Prima Racing-lah yang mendapat efek domino paling kuat akibat perkataan Marc Marquez.
Kisah ini bermula ketika Ducati memutuskan untuk menurunkan ketiga pebalapnya menjadi dua calon partner Peco Bagnaia di masa depan.
Mengenai Enea Bastianini, tim Ducati Lenovo tetap memilih Jorge Martin atau Marc Marquez sebagai pilihan.
Media Italia Gazzetta sempat mengungkapkan bahwa Jorge Martin adalah pebalap pilihan pabrikan Bologna tersebut. Hal ini sekaligus menjadi semangat baru bagi Martin yang sudah hengkang dari KTM pada tahun 2020 lalu.
Butuh waktu empat tahun bagi Martin untuk menunjukkan kesabaran dan tekadnya untuk bisa menembus tim utama Ducati Lenovo Team.
Artikel Gazzetta langsung mendapat respon mengejutkan dari Marc Marquez.
Orang asing itu menjawab dengan jujur: “Pramac Racing bukanlah pilihan saya.” Menurut dia, tidak ada alasan untuk mengganti kedua grup satelit tersebut.
Hal ini membuat Ducati sangat ketakutan. Serta mengubah keputusannya saat balapan MotoGP 2024 berlangsung di Mugello, Italia.
Ducati memutuskan untuk mengganti gigi dari Jorge Martin ke MM93.
JM89 meminta informasi dari pejabat Bologna Bullets. Meski demikian, belum ada jaminan ia akan terus menandatangani kontrak dengan tim Ducati.
Alhasil, tanpa berpikir dua kali, sang Martinator bernama Jorge Martin memutuskan membanting pintu garasi Aprilia. JM89 dipilih sebagai pembalap pabrikan baru untuk Noale, menggantikan Aleix Espargaro yang sudah pensiun.
Dan di sisi lain, Enea Bastianini diumumkan oleh sang manajer, Carlo Pernat, untuk bergabung dengan KTM di tim GASGAS Tech3.
Kondisi kini menguntungkan bagi Marc Marquez. Sebab dari segi posisi, Ducati hanya punya pilihan pada pasangan Pecco Bagnaia.
Akan sulit bagi Ducati jika harus menunjuk pebalap lain seperti Desmosedici, pasalnya dari segi koordinasi, Marc Marquez sudah menunjukkan kualitasnya dalam 6 balapan musim ini.
Bagaimanapun, yang paling terpukul adalah Pramac Prima.
Seperti artikel dari TheRace yang menyebutkan bagaimana Marc Marquez masih menjadi ‘Raja’ MotoGP. Terlepas dari kualitas, nilai pemasaran, kreativitas dan daya tarik penonton.
Wajar jika Ducati setelah mempertimbangkannya memilih merilis JM89 ketimbang MM93.
Selain itu, Dorna juga menilai regulasi sepeda motor MotoGP 2027 kurang membutuhkan teknologi dan aerodinamis. Dan ngomong-ngomong, Marc Marquez membuktikannya dengan meraih enam kali gelar juara dunia MotoGP sejak debutnya di kelas premier pada 2013.
Pramac yang seharusnya bisa memilih bergabung dengan Yamaha sebagai tim kedua di ajang tersebut, memilih berbalik arah. Pasalnya, tim yang dipimpin Paolo Campinotti menilai Marquez ingin menggantikan Jorge Martin.
Kini, akibat penolakan tersebut, tim berlogo F1 di belakang motornya harus memikirkan pembalap mana yang akan mengisi kekosongan Jorge Martin.
Faktanya, mereka sudah mempromosikan Fermin Aldguer ke Moto2. Namun sebagai penyeimbang, Pramac Prima membutuhkan pebalap berpengalaman yang kemampuannya tak jauh dari Martin.
Pilihan tentu saja ada di tangan Franco Morbidelli. Meski demikian, penampilan murid lama Valentino Rossi itu masih campur aduk.
Harapannya, di sisa musim MotoGP 2024, Morbidelli bisa menjawab keraguan tersebut dan memberikan kepercayaan diri kepada Pramac untuk menandatangani kontrak barunya.
(Tribunnews.com/Giri)