TRIBUNNEWS.COM – Hasil dari aset Rusia yang disita di Eropa akan digunakan untuk membeli senjata guna melawan agresor Moskow.
Komisi Eropa menyetujui pendanaan tahap pertama pembelian senjata untuk militer Ukraina berjumlah 1,5 miliar euro atau setara dengan 26,523 triliun rupiah.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen seperti dikutip Strana mengatakan bahwa selain pembelian senjata, sebagian dana akan digunakan untuk rekonstruksi di Ukraina.
“Hari ini kami akan mentransfer 1,5 miliar euro pendapatan aset Rusia yang dibekukan untuk pertahanan dan rekonstruksi Ukraina,” tulis von der Leyen.
Dia mengungkapkan bahwa uang tersebut akan disalurkan ke dana perdamaian untuk kompensasi senjata ke negara-negara UE dan bukan langsung disalurkan ke Ukraina.
Kami sebelumnya melaporkan bahwa negara-negara UE telah mencapai kesepakatan akhir mengenai penggunaan hasil aset Rusia yang dibekukan.
Sebelumnya, anggota G7 telah sepakat untuk menyediakan US$50 miliar (atau Rs 814 triliun) keuntungan akhir dari aset Rusia yang dibekukan untuk didistribusikan ke Kiev.
Saluran Telegram Politika Strani menganalisis informasi AFP tentang perjanjian antara negara-negara G7 untuk memberikan pinjaman sebesar $50 miliar kepada Ukraina menggunakan bunga atas aset Rusia yang dibekukan.
“Pertama-tama, ini masih merupakan informasi tidak resmi, menurut AFP, mengutip sumber anonim di pemerintahan kepresidenan Prancis. Pada saat yang sama, media juga merilis informasi orang dalam yang bertentangan.
Namun Politico, mengutip sumber, mengatakan belum ada konsensus yang dicapai di antara negara-negara G7 mengenai masalah pemberian pinjaman menggunakan aset Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelumnya menuduh tindakan tersebut sebagai pencurian dan melanggar hukum internasional.
Peskov berkata, “Dana ini tidak hanya dicuri secara sistematis, tetapi juga digunakan untuk membeli senjata. Sulit membayangkan hal yang lebih buruk dari ini.”