Harita Nickel Cuan Rp6,03 Triliun Meski Harga Nikel Alami Penurunan

Wartawan Tribunnews.com Dennis Destryawan melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pendapatan Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel meningkat 26 persen menjadi Rp 6,03 triliun dibandingkan Rp 4,79 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Meski harga nikel turun, perseroan mampu meningkatkan laba kotor menjadi Rp1,62 triliun dari Rp1,57 triliun pada tahun berjalan dan laba usaha menjadi Rp1,39 triliun dari Rp1,36 triliun, tulis laporan perseroan, Rabu (1/5/2021). 2024).

Selain itu, Harita juga meningkatkan efisiensi operasional sehingga menurunkan beban penjualan, umum dan administrasi menjadi Rp373,55 miliar.

Harita juga melaporkan peningkatan produksi pertambangan sebesar 38 persen YoY pada kuartal pertama tahun 2024.

Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan bijih nikel dari perusahaan HPAL (High Pressure Acid Leach, teknologi pemurnian bijih nikel kadar rendah berbasis hidrometalurgi) kedua yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC). Ini akan memasuki tahap produksi pada akhir Maret 2024, dan dua jalur produksi lagi diharapkan mulai beroperasi dalam beberapa bulan mendatang.

Pabrik peleburan Nikel Harita RKEF (Rotary Electric Furnace, teknologi pemurnian bijih nikel bermutu tinggi berdasarkan pirometalurgi) mengoperasikan seluruh 12 lini produksi dan mencapai kapasitas tahunan sebesar 120.000 ton nikel sisa.

Pada triwulan I tahun 2024, produksi melebihi kapasitas yang direncanakan sehingga meningkatkan penjualan feronikel dibandingkan triwulan sebelumnya.

“Kami terus berupaya untuk menavigasi perubahan kondisi pasar melalui inisiatif strategis dan efisiensi operasional. Hasil kuartal pertama kami menunjukkan komitmen kami terhadap pertumbuhan berkelanjutan dan kemampuan kami beradaptasi dengan dinamika industri yang terus berkembang,” kata Roy Arman Arfandy, presiden dan direktur PT. Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nikel.

Selain itu, perluasan smelter ketiga PT Karunia Permai Sentosa (KPS) dengan teknologi RKEF juga masih sesuai jadwal dan akan mulai beroperasi pada awal tahun 2025, yang mencakup empat lini produksi baru dengan kapasitas sekitar 60.000 ton nikel per tahun. Langkah pertama.

Di pabrik HPAL, Harita Nickel melampaui tingkat produksi yang direncanakan. Pada triwulan I 2024, produksi nikel dalam campuran hidroksida (MHP) mencapai 16.716 ton, melebihi kapasitas terpasang sebesar 22 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *