Hari Tani Nasional, Presiden Jokowi Dinilai Gagal Wujudkan Kedaulatan Pangan

 

Laporan Jurnalis Tribunnews.com Rahmat W Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Koordinator Umum Aksi Hari Tani Nasional sekaligus Sekretaris Jenderal Konsorsium Reforma Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Presiden Joko Widodo anti petani kecil.

Oleh karena itu, kata Dewi, pemerintah gagal meningkatkan kesejahteraan petani dan gagal mewujudkan kedaulatan pangan. 

Hal itu disampaikan Dewi dalam aksi demonstrasi memperingati Hari Tani Nasional di depan Gedung DPR, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2024). 

“Pemerintah secara sistematis mendorong pengembangan pertanian pangan yang semakin bergantung pada perusahaan pangan sebagai pemasok pangan melalui pengiriman pangan. Petani semakin kecil dan miskin, posisi mereka yaitu petani dan nelayan sebagai produsen pangan semakin melemah,” kata Dewi. tim media di lokasi kejadian. 

Ia mengatakan, kebijakan pangan pemerintahan Jokowi juga telah menghilangkan kedaulatan perempuan atas sistem produksi lokal. 

“Triliunan uang rakyat dan investasi pada program ketahanan pangan dan pengembangan kawasan pangan tidak digunakan untuk melindungi dan meningkatkan sistem produksi pertanian dan sektor perikanan rakyat, tidak untuk memperkuat agenda Reforma Agraria demi terwujudnya kedaulatan pangan. Padahal, program-program tersebut dibiayai oleh perusahaan besar,” jelasnya. 

Tak hanya itu, ia juga menilai pemerintahan Joko Widodo membiarkan adanya praktik korupsi dan monopoli pangan yang dilakukan mafia pangan, sehingga kebutuhan pangan nasional masih bergantung pada impor. 

Kebijakan impor pangan dibuat dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, padahal kebijakan kuota impor pangan merupakan permainan bisnis tersendiri yang penuh kolusi dan korupsi antara importir, pengusaha, jaringan mafia pangan, dan pemerintah, lanjutnya. 

Kebijakan presiden selama ini, kata Dewi, membanjiri pasar tradisional dengan produk luar negeri seperti beras 7,26 juta ton, sayuran 5,56 juta ton, buah-buahan 4,24 juta ton, gula 35,70 juta ton, bahkan garam mencapai 16,18 juta ton (BPN dan Kementerian Perdagangan, 2023). 

“Liberalisasi impor pangan yang dikuasai mafia pangan telah melemahkan kedaulatan dan kemandirian pangan. Jika terjadi krisis pangan global atau terganggunya rantai pasok pangan internasional, maka Indonesia akan sangat rentan mengalami krisis pangan,” ujarnya. menjelaskan. . 

Keterangan: Koordinator Umum Hari Tani Aksi Nasional Dewi Kartika di depan gedung DPR.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *