Hari Ozon Sedunia, Indonesia Akan Kurangi Hidroflorokarbon Hingga 80 Persen di 2040

Wartawan Tribunnews.com, Naufal Lanten melaporkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Sumber Daya Alam dan Kehutanan (KLHK) berupaya mengurangi penggunaan hidrofluorokarbon (HFC), gas rumah kaca, untuk menjaga perubahan iklim global.

Laksmi Dewanthi, Direktur Departemen Perubahan Iklim (Dirjen PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) mengatakan sekitar 99% zat perusak ozon dan lapisan ozon telah hilang. itu telah ditingkatkan secara bertahap. dia pulih.

Indonesia saat ini terus menerapkan Protokol Montreal dan sedang mempersiapkan perjanjian baru yang disebut Amandemen Kigali.

Ia menambahkan, perubahan Kigali akan memaksa berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk turut menjaga keutuhan lapisan ozon.

“Pekerjaan sedang berlangsung. “Kami berharap ratifikasi Amandemen Kigali dapat diselesaikan dalam satu atau dua bulan ke depan,” kata Laksmi Dewanthi pada upacara peringatan Hari Ozon Sedunia tahun 2022 di Jakarta, Jumat (16 September 2022).

Dia menambahkan, “Kami akan menghentikan penggunaan HFC secara bertahap sebesar 80% pada tahun 2040.”

Laksmi merinci berbagai upaya Indonesia dalam menjaga iklim melalui lapisan ozon. Pada tahun 1998, Indonesia berhasil menghapuskan konsumsi halon, karbon tetraklorida (CTC), dan metilkloroform.

Kemudian pada tahun 2008, Indonesia berhasil mengurangi konsumsi dua jenis BPO: klorofluorokarbon (CFC).

Hal ini terjadi dua tahun lebih awal dibandingkan proses penarikan diri yang ditetapkan oleh Protokol Montreal tahun 2010.

Dan metil bromida untuk penggunaan non-perumahan dan pengiriman prematur, tujuh tahun lebih cepat dari sistem kuota yang ditetapkan oleh Protokol Montreal tahun 2015.

Indonesia juga telah menghentikan penggunaan HCFC-141b, yang banyak digunakan dalam industri busa, mulai 1 Januari 2022.

“Hal ini menunjukkan bahwa kita telah berhasil mengakhiri penggunaan enam jenis bahan perusak ozon (ODS) sejak penerapan Protokol Montreal,” ujarnya.

Laxmi mengatakan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menyatakan bahwa sekitar 99 persen zat perusak ozon telah dihilangkan, dan lapisan ozon telah pulih secara perlahan.

Hal ini menunjukkan bahwa perjanjian internasional Protokol Montreal berhasil mencapai tujuannya.

“Jadi kalau Ketua UNEP bilang 99% dunia, kontribusi Indonesia sangat penting,” ujarnya.

Laksmi juga mengamini bahwa kontribusi Indonesia terhadap BPO penting. Oleh karena itu, pemerintah terus fokus pada pengurangan polusi limbah HFC.

“HFC bukan sekedar BPO. Namun karena HFC juga merupakan gas rumah kaca, kami berharap dapat menemukan yang terbaik di dunia untuk memenuhi kewajiban kami berdasarkan Protokol Montreal dan persyaratan kami dalam UNFCCC,” ujarnya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang merayakan Hari Ozon Sedunia ke-35.

Perayaan Hari Ozon tahun ini mengusung tema ‘Montreal Protocol@35: Global Cooperation to Protect Life on Earth’ atau ’35 Tahun Kerja Sama Global untuk Melindungi Kehidupan di Bumi’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *