Dilansir reporter Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar Rupiah melemah Rp 16.400 terhadap dolar AS. Pada saat yang sama, harga pangan di pasar dunia juga meningkat akhir-akhir ini.
Data Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) Mei 2024 menunjukkan indeks harga pangan dunia meningkat 1,1 poin menjadi 120,4 poin.
Pada April 2024, indeks tercatat sebesar 119,3 poin. Sebaliknya, di awal tahun 2024 indeks masih berada di angka 117,7 poin.
FFPI merupakan ukuran perubahan harga internasional bulanan untuk sejumlah komoditas pangan. Indeks ini memuat harga rata-rata 5 komoditas antara lain serealia, minyak goreng, produk susu, daging, dan gula.
Di tengah meningkatnya harga pangan dunia, melemahnya nilai tukar rupee menjadi perhatian Kepala Badan Pangan Nasional BAPNAS Arif Prasetyo Adi.
Arief mendorong peningkatan produksi pangan penting strategis dalam negeri.
“Kita harus fokus pada produksi dalam negeri, sudah saatnya produksi ditingkatkan. Apalagi nilai tukar dolar sekarang sedang tinggi, di atas Rp 16.400 per dolar,” kata Carif, seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu (26/1). 6) . /2024).
“Kami sangat ingin dampak ekonomi dari impor kembali ke Indonesia, tidak hanya ke negara mitra saja,” lanjutnya.
Menurutnya, Indonesia akan aman jika bisa menanami lebih dari 1 juta hektare sawah per bulan atau setara dengan 2,5 juta padi.
Kemudian, intensifikasi dipandang perlu untuk mampu meningkatkan rata-rata produksi per hektar sesuai keinginan.
Jangan lupakan perluasan yang tentunya membutuhkan infrastruktur pertanian. “Persiapan pasca panen juga perlu dilakukan. Peningkatan produksi sangat mungkin dilakukan,” kata Carif.
Dia mengatakan, pemerintah bisa memperkuat cadangan pangan negara (CPP) jika peningkatan produksi dalam negeri berhasil.
Arif menilai, bagaimanapun jumlah saham CPP harus selalu mampu mendukung berbagai program intervensi pemerintah di pasar dan masyarakat.
“Jadi hari ini Badan Pangan Nasional tentu sedang menyiapkan CPP, baik di dalam maupun luar negeri, semua itu untuk CPP,” kata Carif.
Dia menjelaskan, pemerintah telah menurunkan CPP untuk melaksanakannya. Arif mengklaim impor tidak akan berdampak buruk terhadap harga petani lokal.
Hal itu dikarenakan pemerintah terus melakukan pengawasan di seluruh lini rantai pasok baik produsen, pedagang, maupun harga konsumen, pungkas Arif.
Bapanas juga menugaskan Bulog untuk menyiapkan CPP. Kini khusus beras, perseroan punya stok 1,8 juta ton.