Laporan reporter Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiazi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Harga jagung di tingkat petani terus melonjak tak terkendali dan posisinya kini semakin membahayakan petani.
Nyoto Suwignyo, Asisten Direktur Keamanan Pangan dan Gizi Badan Pangan, mengatakan harga jagung di tingkat petani saat ini lebih tinggi 36,19 persen dibandingkan Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp 5.800/kg.
“Permasalahan ini masih disebabkan rendahnya pasokan dalam negeri,” kata Nyoto dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024 yang disiarkan melalui web, Senin (06/05/2024).
Dia menjelaskan, harga produksi jagung juga mengalami kenaikan. Ia pun berharap panen bisa terealisasi pada Mei mendatang.
Sehingga dapat meningkatkan pasokan dan menurunkan harga di tingkat petani.
Kepala Staf Presiden III (KSP) Bidang Perekonomian Edy Priyono mengatakan saat ini harga di peternak sangat tinggi.
“Misalnya harga referensinya Rp 5.800/kg. Jadi masih jauh di atas harga referensi,” kata Eddy.
Menurutnya, harga jagung yang tinggi ini sebenarnya baik bagi petani dan pedagang, namun bukan kabar menggembirakan bagi petani.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, Mei merupakan puncak panen jagung di beberapa daerah.
Dengan kondisi seperti ini, kata dia, harga bisa turun, bahkan cenderung di bawah nilai HAP jagung yang telah ditetapkan.
Amran meminta semua pihak mengantisipasi kemungkinan penurunan harga.
“Kami minta hasil panen ini tidak terbuang percuma. Petani kami sudah bekerja keras. Kami minta produsen pakan ternak segera mengambilnya,” kata Amran dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/5/2024).
Ia juga meminta Bulog menyerap jagung petani agar harga terjamin. “Jangan sampai harga turun karena kesejahteraan petani yang dipertaruhkan,” kata Amran.