Dilansir reporter TribuneNews24.com, Isamo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Patra Niaga, tidak akan menaikkan harga BBM nonsubsidi pada Mei 2024.
Faktanya, ketika harga minyak dunia naik, rubel melemah terhadap dolar AS.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Nayaga Irto Ginting mengatakan keputusan tidak mengubah harga BBM mengacu pada banyak aspek, termasuk Peraturan Menteri ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang Penetapan Harga Bahan Bakar Minyak Non Subsidi.
Dalam aturan tersebut, harga BBM antara lain dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS dan Mid Oil Platts Singapore (MOPS).
Gubernur Irro mengatakan, pihaknya mendukung upaya pemerintah mengendalikan inflasi dan daya beli masyarakat melalui kebijakan penurunan harga BBM.
“Perubahan harga BBM nonsubsidi menunjukkan keteraturan. Namun dalam situasi saat ini, kami mendukung upaya pemerintah menjaga stabilitas perekonomian,” jelas Irto dalam keterangannya, (1/5/2024).
Sedangkan daftar harga BBM Pertamina adalah Pertamax Rp 12.950 per liter, Pertamax Green 95 Rp 13.900 per liter, Pertamax Turbo Rp 14.400 per liter, Dexlite Rp 14.550 per liter, dan Pertamina Dex Rp 15.100 per liter.
Harga tersebut berlaku untuk Pulau Jawa dan wilayah yang menerapkan pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen.
Kuat! Menteri ESDM akan mempertahankan harga BBM hingga Juni
Sebelumnya, Menteri Energi dan Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan harga bahan bakar minyak yang dijual Pertamina baik Pertalite, Solar, dan Pertamax tidak akan mengalami kenaikan hingga Juni 2024.
Kebijakan tersebut tetap diterapkan meski harga minyak dunia saat ini sedang mengalami fluktuasi akibat konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel.
“Kemarin kita bahas, jadi masih ada (harga BBM) sampai Juni, kita coba gunakan cadangan yang ada,” kata Menteri Arifin saat berbicara di kantor Direktorat Migas, Jumat (18/4). /2024).
Berbicara mengenai permasalahan tersebut, ia menegaskan bahwa cadangan bahan bakar nasional, khususnya BBM, kini berada pada posisi aman.
Pertamina, Arifin mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi agar bahan bakar tersedia di masyarakat dengan harga tetap.
“Di Indonesia sendiri, stoknya cukup dalam waktu 17-30 hari. Pihak Pertamina sebenarnya sudah melakukan pengamanan jika ada masalah pasokan, terutama dari daerah konflik ya, kami sudah mengerahkan Pertamina,” kata Arifin.
Di sisi pasokan, Indonesia juga mengamankan impor minyak mentah dari berbagai negara. Seperti Arab Saudi hingga Nigeria.
“Saat ini kita mengimpor sekitar 240 ribu barel minyak per hari (BOPD) dari berbagai negara, Arab Saudi, beberapa negara lain, Nigeria,” jelas Arifin.
“Kemudian kita impor BBM setara sekitar 600 ribu BOPD, Singapura, lalu Malaysia, satu lagi di India,” lanjutnya.