Reporter Tribunnews.com Indrapta Pramudhiaz melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tingginya harga tiket pesawat domestik menjadi pemberitaan.
Mahalnya harga tiket pesawat domestik dikatakan karena harga bahan bakar pesawat di Indonesia sangat mahal.
Pengamat energi Komaidis Notonegoro, yang merupakan direktur eksekutif Reform Institute, juga berpendapat bahwa harga bahan bakar jet tidak bisa dijadikan kambing hitam sebagai alasan utama tingginya tarif penerbangan.
Menurut penelitian yang diketahuinya, komponen bahan bakar udara menyumbang 20 hingga 25 persen dari harga tiket pesawat. Artinya jumlahnya lebih dari 70-80 persen.
Ia mengatakan, komponen lainnya antara lain sewa pesawat yang sangat mahal, gaji awak kapal yang cukup tinggi, pajak-pajak lainnya, termasuk pajak daerah.
Misalnya kita mendarat di Sidoarjo ya di Juanda, sudah termasuk pajak daerah, ujarnya dalam acara diskusi di Sarina, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2024).
Menurut dia, kita harus jujur mengenai komponen apa saja yang harus diperbaiki agar tarif angkutan udara dalam negeri tidak terlalu naik.
Komaidi menilai, menekan biaya bahan bakar penerbangan serendah mungkin tidak akan masuk akal tanpa memperbaiki komponen lain seperti tarif sewa pesawat dan gaji awak pesawat.
“Dari sudut pandang kebijakan publik, kita harus melihat permasalahannya secara keseluruhan lalu menyelesaikannya. Kalau avtur memang mahal, maka kita harus menyesuaikannya juga,” ujarnya.
Sementara PT Pertamina Patra Niaga menyatakan menjual harga bahan bakar jet sesuai aturan Indonesia. Mereka mengatakan harga avtur di Indonesia sangat kompetitif.
Wisnu mengatakan, informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai permasalahan tersebut belum lengkap.
Makanya disebut mahal (harga bahan bakar pesawat), dan itu karena harga tiket mahal, apa itu? Jadi kadang informasi yang sampai ke masyarakat mungkin kurang detail, ”pungkasnya.
Pimpinan Grup AirAsia Tony Fernandez sebelumnya sempat menyinggung tingginya harga tiket pesawat domestik di Indonesia.
Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab tingginya harga tiket pesawat di Indonesia.
Salah satunya adalah harga bahan bakar di Indonesia yang sangat tinggi, sekitar 28 persen lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Pengamat energi yang merupakan Direktur Eksekutif Reform Institute Komaidi Notonegoro ditemui di Sarina, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2024).
Sementara itu, Presiden Direktur Indonesia AirAsia Veranita Yosefin mengatakan, hanya memiliki satu pemasok bahan bakar di Indonesia merupakan masalah besar.
Ketergantungan pada satu pemasok disebut akan meningkatkan biaya karena kurangnya persaingan.
Negara lain, seperti Malaysia, mempunyai dua atau tiga perusahaan bahan bakar, sehingga menciptakan persaingan dan menurunkan biaya.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Bisnis Pertamina Patra Niaga Happy Vulansari meyakinkan penjualan Avtur Pertamina kompetitif.
Ia juga mengatakan, Pertamina menjual bahan bakar jet sesuai regulasi di Indonesia.
Harga bahan bakar jet yang dipublikasikan oleh Pertamina dikatakan memiliki harga yang kompetitif, setara atau di bawah harga yang dipublikasikan per liter di negara-negara dengan lokasi geografis yang serupa.
Harga avtur Pertamina terindikasi berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 17 K/10/MEM/2019 yang menyatakan rumus harga dasar penghitungan harga jual eceran jenis bahan bakar Avtur generik berlaku. dengan pesawat kira-kira. Depo (DPPU).
Penetapan harga Avtur juga didasarkan pada Mean of Plats Singapore (MOPS), yang merupakan patokan harga pasar terdekat.
Selain itu, Pertamina menetapkan harga avtur berdasarkan permintaan masing-masing bandara berdasarkan frekuensi pergerakan pesawat.
Happi mengatakan rantai pasok avtur di Indonesia lebih kompleks dibandingkan negara lain.
Pertamina bertanggung jawab memasok avtur ke 72 DPPU yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dari penjualan avtur, Pertamina fokus menyuplai avtur tidak hanya ke bandara-bandara besar, tapi juga ke bandara-bandara kecil yang kurang menguntungkan secara komersial.