Hardiknas 2024, Ketua Komisi X DPR: Pendidikan Indonesia Masih Hadapi Tantangan Besar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sistem pendidikan Indonesia terus menghadapi banyak tantangan dalam upaya meningkatkan kualitas peserta didik.

Para pengambil kebijakan (stakeholder) juga memandang perlunya penguatan kerja sama dalam rangka perbaikan sistem pendidikan nasional. 

“Kami percaya bahwa diperlukan kolaborasi yang lebih besar antara penyedia pendidikan dan masyarakat untuk memastikan bahwa kebijakan pendidikan kami tidak didorong dari atas ke bawah. Selain itu, kolaborasi ini diperlukan untuk menentukan prioritas kebijakan penyelenggara pendidikan agar sejalan dengan permasalahan yang ada di sektor tersebut, kata Ketua Komisi 2023 itu. 

Huda mengatakan, capaian sistem pendidikan Indonesia saat ini masih kurang menggembirakan. 

Hal ini terlihat dari beberapa indikator seperti rendahnya kemampuan dasar siswa dalam bidang literasi, sains dan matematika, masih belum terselesaikannya permasalahan tunjangan guru, terbatasnya akses terhadap pendidikan tinggi di tanah air. 

“Ironisnya, kebijakan-kebijakan yang menyia-nyiakan dan melemahkan keterlibatan masyarakat sipil di sektor pendidikan tampaknya justru mengatasi tantangan-tantangan besar ini,” katanya. 

Berdasarkan data Human Capital Index (HCI) Bank Dunia, Huda mengatakan, kualitas kapasitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dinilai masih tertinggal jauh dibandingkan Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Indonesia hanya berada di peringkat 96 dari 173 negara. 

Sedangkan Singapura menempati urutan pertama, Vietnam ke-38, Malaysia ke-62, dan Thailand ke-63. 

“Rendahnya nilai PISA Indonesia dan tingginya angka stunting pada anak-anak kita menjadi penyebab turunnya peringkat HCI Indonesia,” ujarnya. 

Hasil tes PISA Indonesia, lanjut Huda, menunjukkan kemampuan literasi, sains, dan matematika siswa Indonesia tertinggal dibandingkan negara lain.

 Pada tahun 2022, nilai PISA Indonesia untuk literasi adalah 359, sains 383, dan matematika 379. 

Pencapaian tersebut tertinggal jauh dari kinerja siswa di Singapura yang angka melek hurufnya 543, sains 561, dan matematika 575.

 “Bahkan, Indonesia tertinggal dari Vietnam yang kemampuan literasi siswanya mencapai 462, sains 472, dan matematika 469,” ujarnya. 

Banyak organisasi juga menilai kebijakan pendidikan mandiri, kata Huda, tidak memberikan kebebasan bagi penyelenggara pendidikan untuk menyesuaikan praktik belajar mengajar terbaik dengan kebutuhan siswa. 

 Dalam praktiknya, kebijakan Merdeka Belazar masih terperosok pada kegiatan teknis-administratif yang membebani guru dan tenaga kependidikan.

 Dikatakannya, “Meski ada masa peralihan hingga dua tahun untuk menentukan kurikulum mandiri mulai tahun ajaran 2024/2025, namun ada kendala tersendiri.

Politisi PKB ini berharap pemerintah memberikan prioritas untuk menyelesaikan rekrutmen satu lakh guru di pegawai pemerintah dengan kontrak kerja (PPPK).

 Langkah ini untuk memastikan kesejahteraan guru yang selama ini menjadi permasalahan serius akan teratasi.

 “Dalam pandangan kami, kesejahteraan guru adalah inti dari setiap inisiatif untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan kita. Katanya, ‘Jika gurunya berkualitas, apapun kurikulumnya, apapun keterampilannya akan dikembangkan dalam diri siswa. , apapun metode belajar mengajar yang dipilih, peluang keberhasilannya lebih tinggi.’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *