Hamas Ogah Hadiri Perundingan Gencatan Senjata setelah PM Israel Netanyahu Ketahuan Curang

TRIBUNNEWS.COM – Perwakilan Hamas di Lebanon, Ahmed Abdel Hadi, mengumumkan bahwa Hamas tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan untuk mengakhiri konflik di Gaza, yang dijadwalkan berlangsung pada 15 Agustus 2024 di Doha, Qatar atau Kairo, Mesir .

Dia menekankan bahwa Hamas tidak menentang negosiasi untuk mengakhiri perang.

Namun hal tersebut menurutnya tidak bisa terjadi saat ini karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum menunjukkan niat baik untuk menghentikan perangnya.

“Netanyahu pengkhianat dan licik serta ingin memperpanjang perang dan memperluasnya secara regional,” ujarnya dalam wawancara dengan Al Arabiya, Rabu (14/8/2024).

Menurutnya, Netanyahu masih bebas melanjutkan kekerasannya di Jalur Gaza dengan menghalangi pembicaraan tersebut.

“Hamas akan kembali ke meja perundingan jika Israel menunjukkan komitmen yang lebih besar terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan kelompok tersebut pada bulan Juli,” katanya. Netanyahu dan partainya menghalangi negosiasi

Sebelumnya, The New York Times menerbitkan dokumen yang mengklaim bahwa Netanyahu adalah orang yang mencoba menghalangi perundingan gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza yang ditengahi oleh rezim tersebut, Qatar dan Mesir.

“Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah orang yang menolak perjanjian penghentian permusuhan dengan Hamas di Jalur Gaza, bertentangan dengan pernyataan Netanyahu yang menyalahkan Hamas,” ujar The New York Times, Selasa (13/8/2024).

Dokumen tersebut tidak dirilis oleh pemerintah Israel, namun dilihat oleh The New York Times.

Surat kabar tersebut mengatakan Netanyahu menambahkan unsur-unsur baru dalam perundingan tersebut, sehingga menciptakan hambatan baru dalam perundingan dengan Hamas.

“Salah satu dokumen menunjukkan bahwa Israel mengambil keputusan baru dari perundingan akhir Juni lalu dan menyampaikannya kepada mediator Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat,” ujarnya.

Kantor Netanyahu membantah laporan tersebut, dengan mengatakan: “Dokumen-dokumen tanggal 27 Juli bukanlah hal baru dan tidak bertentangan dengan apa yang dirilis pada tanggal 27 Mei.”

Netanyahu mengkritik Hamas karena mengganggu perjanjian tersebut, dengan mengatakan Hamas ingin mengubah 29 perjanjian tersebut

Netanyahu juga mengatakan keputusan administratif baru di Jalan Netzarim, selatan Kota Gaza, mengacu pada rute transit yang disepakati hanya bagi warga sipil untuk kembali ke utara, sebagaimana disepakati pada bulan Mei. Jumlah korban di Jalur Gaza

Sementara Israel terus melakukan kekerasan di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat hingga lebih dari 39.929 orang dan 92.240 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (14/8/2024), dan 1.147 orang. terbunuh di wilayah Israel, dikutip oleh Pune News.

Sebelumnya, Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza setelah oposisi Otoritas Palestina, Hamas, melancarkan banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan sekitar 120 sandera masih hidup atau mati dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, setelah 105 sandera ditukar dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait konflik Palestina vs Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *