TRIBUNNEWS.COM – Anggota biro politik Hamas, Izzat al-Rishek, mengatakan calon presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, membuat skenario terhadap Gaza, yakni dengan berpura-pura sedih dengan situasi di Gaza.
Menurut Al-Rishiq, Kamala Harris memulai kampanye kepresidenannya dengan kebohongan tentang Gaza.
Dalam pidatonya di awal kampanye, Kamala Harris mengingatkannya bahwa para martir di Gaza tidak hanya mati, tetapi juga warga negara yang tidak bersalah, orang tua, wanita, anak-anak dan pengungsi, yang dibunuh oleh tentara Zionis dengan keputusan, dengan senjata.
Al-Rishiq menegaskan, semua itu merupakan kedok kebijakan Amerika yang dilakukan berulang kali, tidak hanya oleh Harris.
Menanggapi Harris, al-Rishiq mengatakan calon presiden AS mengabaikan hak pejuang untuk melindungi warga sipil.
“Harris mengabaikan hak asasi manusia yang seharusnya dia lindungi dan hak perlawanan untuk menghadapi penjajah, yang dilindungi hukum internasional,” ujarnya, seperti dikutip Al Mayadeen.
Apa yang dijanjikan Haris dianggap bias oleh al-Rishiq.
“Visinya bias terhadap pendudukan Israel dan terhadap rakyat Palestina di Gaza,” jelasnya.
Hal ini merujuk pada pertemuan Harris dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dalam pertemuan tersebut, Harris menekankan dukungannya terhadap Israel.
Tak hanya itu, Harris juga menegaskan komitmennya untuk memastikan Israel dapat mempertahankan diri dari berbagai ancaman.
“Saya telah mengatakan hal ini berkali-kali, namun perlu diulangi. Israel mempunyai hak untuk membela diri dan penting bagaimana mereka melakukannya,” katanya.
Kata-kata Harris merujuk pada Iran, perlawanan Islam di Lebanon, dan perlawanan Palestina.
Meskipun agresi Israel terhadap Gaza sedang berlangsung, Harris menyalahkan operasi Banjir Al-Aqsa sebagai penyebab perang di Gaza.
Dia menuduh Hamas bertanggung jawab memulai perang.
Sebagai informasi, Kamala Harris dan Benjamin Netanyahu bertemu pada Kamis (25 Juli 2024) ini.
Harris, kandidat presiden dari Partai Demokrat setelah keputusan Presiden Joe Biden untuk mengakhiri kampanye pemilihannya kembali, mengatakan dia diduga mendesak Netanyahu untuk menyetujui proposal gencatan senjata yang didukung AS.
Pernyataan Harris mengenai Gaza pun menimbulkan kemarahan banyak pihak.
Meskipun Harris memposisikan dirinya di sebelah kiri Biden selama pencalonannya yang gagal pada tahun 2020, dia memiliki sejarah panjang dalam mendukung Israel.
Setelah bergabung dengan Senat AS pada tahun 2017, perjalanan pertamanya ke luar negeri adalah ke Israel, dikutip oleh Al Jazeera.
Salah satu tindakan pertamanya saat menjabat adalah memperkenalkan resolusi yang menentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk negara tersebut.
Harris juga berbicara pada konferensi tahunan American Israel Public Committee (AIPAC) pada tahun itu, dan mengatakan kepada hadirin bahwa ikatan antara AS dan Israel tidak dapat dipatahkan.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Lebih banyak artikel terkait Kamala Harris, Hamas dan konflik Palestina x Israel