TRIBUNNEWS.COM – Pejabat senior dari faksi saingan Palestina, Hamas, sepakat untuk mengadakan pertemuan dengan faksi Fatah.
Pertemuan kedua akan berlangsung di ibu kota Tiongkok, Beijing, pada 20-21 Juli 2024.
Delegasi Hamas akan dipimpin oleh ketua politik Hamas yang berbasis di Qatar Ismail Haniyeh, sementara perwakilan Fatah akan dipimpin oleh wakil ketua Mahmoud Aloul, kata sumber Fatah.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal Komite Sentral Fatah Sabri Saidam.
Menurut The Times Of Israel, pertemuan tersebut diadakan untuk membahas rekonsiliasi dengan tujuan mengakhiri perbedaan melalui kepatuhan terhadap perjanjian masa lalu.
Tak hanya itu, mereka juga akan menyepakati hubungan antar faksi Palestina pada tahap selanjutnya.
Hamas belum menanggapi rencana pertemuan tersebut.
Sementara itu, anggota Komite Sentral Fatah Azzam al-Ahmad menegaskan bahwa gerakan tersebut akan berpartisipasi dalam pertemuan Beijing dengan keterbukaan yang bertujuan untuk mengakhiri perbedaan.
Negosiasi serupa telah diadakan dalam beberapa tahun terakhir di Turki, Aljazair dan Mesir.
Namun semua perundingan tersebut tidak membuahkan terobosan dalam proses rekonsiliasi Palestina. Serangan Hamas-Fatah
Kedua kelompok ini telah lama terlibat dalam pertempuran sejak militan Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza setelah Hamas meraih kemenangan gemilang dalam pemilu tahun 2006.
Hamas merupakan partai politik berideologi Islam, sedangkan Fatah merupakan partai politik berideologi nasionalis sekuler.
Permusuhan di antara mereka bermula setelah Fatah, faksi yang mendominasi politik Palestina, mengakui Israel sebagai negara berdaulat.
Hal ini tidak dapat diterima oleh Hamas.
Hamas menegaskan bahwa Israel bukanlah negara berdaulat, namun sebuah pendudukan baru yang harus diserang.
Perbedaan pandangan antara kedua kubu semakin tajam pada tahun 2004, ketika pemimpin Fatah dan Presiden Palestina Yasser Arafat meninggal.
Perbedaan keduanya menimbulkan kebingungan bagi pemerintah Palestina dalam menentukan hubungannya dengan Israel.
Pasalnya, Palestina memiliki dua pemerintahan yang memimpin negaranya. Pemerintahan Hamas di Jalur Gaza dan pemerintahan Fatah di Tepi Barat.
Pada pemilu 2006, Hamas memenangkan parlemen Palestina dan menguasai Fatah dalam posisi penting tersebut.
Hal ini menjadikan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh sebagai tokoh paling dominan di wilayah Gaza hingga terpilih menjadi Perdana Menteri Palestina.
Jajak pendapat yang dilakukan pada akhir Mei menunjukkan bahwa Hamas dua kali lebih populer dibandingkan Fatah di Bank Bara.
Namun, 41 persen penduduk menyatakan mendukung kelompok teroris, sementara hanya 17 persen menyatakan mendukung Fatah. Semua faksi Palestina akan berkumpul
Pertemuan perdamaian yang akan diadakan di Beijing segera akan mempertemukan semua faksi Palestina.
“Semua faksi Palestina, tidak hanya Hamas dan Fatah, akan berpartisipasi dalam pembicaraan mendatang di Beijing untuk mendorong persatuan Palestina,” lapor Sputnik, Selasa (16 Juli 2024).
Tidak dijelaskan secara rinci faksi mana saja yang akan hadir, namun rekonsiliasi ini diyakini bisa menjadi kunci agar Gaza bisa lepas dari perang yang masih berlangsung dengan pendudukan Israel.
(Tribunnews.com/Namira Junia)