Hamas dan Fatah telah membuat ‘kemajuan baik’ dalam pembicaraan dengan Tiongkok
TRIBUNNEWS.COM – Hamas dan Fatah membuat ‘kemajuan baik’ dalam pembicaraan dengan China.
Tiongkok telah lama mendukung persatuan Palestina dan solusi dua negara.
Perwakilan Hamas dan Partai Fatah dari Otoritas Palestina (PA) baru-baru ini bertemu di Beijing dan mengadakan pembicaraan mengenai rekonsiliasi, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengumumkan pada tanggal 30 April.
“Perwakilan Gerakan Pembebasan Nasional Palestina dan Gerakan Perjuangan Islam datang ke Beijing baru-baru ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian.
“Kedua belah pihak telah sepenuhnya menunjukkan kemauan politik mereka untuk mencapai kompromi melalui dialog dan konsultasi, membahas banyak isu spesifik, dan membuat kemajuan yang baik,” tambahnya.
Pembicara tidak merinci pada hari apa pertemuan itu digelar.
Tiongkok, Hamas, dan Fatah mengkonfirmasi pada tanggal 26 April, bahwa pembicaraan intra-Palestina akan berlangsung di ibu kota Tiongkok.
“Mereka sepakat untuk melanjutkan perundingan guna mencapai persatuan dan persatuan Palestina sesegera mungkin,” lanjut Jian, seraya menambahkan bahwa kedua belah pihak berterima kasih kepada Tiongkok atas upayanya untuk mendorong persatuan internal Palestina dan mencapai kesepakatan mengenai hal ini dalam pembicaraan yang sedang berlangsung.
Tiongkok terus menyerukan gencatan senjata dan gencatan senjata di Jalur Gaza dan telah lama mendukung persatuan Palestina dan solusi dua negara antara Palestina dan Israel.
Duta Besar Tiongkok Wang Kejian bertemu dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Qatar bulan lalu, di mana keduanya menyerukan diakhirinya perang di Gaza dan pencapaian “tujuan politik dan aspirasi pembentukan negara Palestina yang merdeka.”
Hamas mengambil alih kepemimpinan Gaza pada tahun 2006 setelah kemenangan politik atas Fatah dalam pemilihan lokal.
Pembicaraan di Beijing terjadi ketika Hamas belum memberikan tanggapan resmi terhadap gencatan senjata antara Israel dan Mesir dan pembebasan tahanan.
Meskipun langkah ini dikatakan menunjukkan keterbukaan Israel terhadap kembalinya pengungsi dari Gaza utara dan pembentukan gencatan senjata permanen, seorang pejabat Hamas mengatakan kepada Al-Mayadeen pada hari Minggu bahwa proposal tersebut “tidak mencerminkan perubahan mendasar” di wilayah Tel Aviv. . .
Washington mempromosikan gagasan reformasi PA untuk menguasai Gaza setelah perang, tetapi ditolak oleh Hamas.
Upaya AS dan Israel “untuk menciptakan entitas yang memerintah Gaza adalah sebuah konspirasi gagal yang tidak akan pernah membuahkan hasil,” kata seorang pejabat Hamas bulan lalu.
(Sumber: Buaian)