Hak Remunerasi Diduga Disunat sejak 14 Tahun Lalu, Puluhan Pegawai RSKD Duren Sawit Unjuk Rasa

Laporan Jurnalis Tribunjakarta.com Bima Putra

TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Demonstrasi petugas terjadi di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit, Jakarta Timur pada Senin (03/06/2024).

Dia mempertanyakan hak atas kompensasi atas dugaan sunat.

Staf Juru Bicara RSKD Duren Sawit, DRG. Mirza mengatakan, langkah itu diambil setelah mengetahui hasil audit BPK, remunerasi atau santunan ratusan pegawai RSKD Duren Soviet, termasuk tenaga kesehatan dan pengemudi, diduga melakukan manipulasi.

Santunan sunat ini diperkirakan terjadi dalam kurun waktu 14 tahun.

“Hasil audit BPK menunjukkan bahwa permainan tersebut telah menaikkan tingkat remunerasi. Saat mengetahui hasil BPK, kami sangat terkejut,” kata Mirza di Jakarta Timur, Selasa (4 Juni 2024).

Dari segi pembagian santunan, jenjangnya berkisar antara 1 hingga 14, dengan jenjang 14 atau tertinggi untuk jabatan kepala RSKD Duren Soviet dan terendah untuk jabatan pengemudi jenjang 1.

Namun karena diduga adanya manipulasi, pegawai RSKD Duren Soviet level 6 mendapat kompensasi jabatan level 8, sehingga satu pihak mendapat imbalan lebih besar dan pihak lain mendapat imbalan lebih kecil.

Gaji setiap karyawan bisa dipotong hingga Rp2 juta per orang. Oleh karena itu, jika ditambah dengan pemotongan sejak 2010, maka defisitnya akan mencapai miliaran rupee.

 “Mainnya di level, misalnya level enam, tapi diberi nomor delapan.”

Jadi jumlahnya menjadi dua kali lipat. Ya, itu merugikan orang lain. “Ini berdampak pada seluruh pegawai, banyak pegawai yang disengage dan cemas,” ujarnya.

Mirza menduga manipulasi dan pemotongan gaji ratusan pegawai RSKD Duren Soviet dilakukan oleh seorang pejabat yang kini diberhentikan dari jabatannya.

Hanya saja kepribadian tersebut belum diberhentikan dengan alasan tenaga dan ketrampilannya masih dibutuhkan RSKD Duren Savit, sehingga sangat menyayangkan para petugas.

Para pegawai mencoba mengkonfirmasi langsung hal tersebut kepada pimpinan RSKD Duren Soviet, namun responnya kurang memuaskan sehingga mereka memutuskan untuk berdemonstrasi.

“Meski tidak aktif karena terbukti korupsi, dia (pegawai) tetap dimanfaatkan untuk redistribusi (remunerasi). Jadi isu itulah yang diangkat dalam protes kami,” ujarnya.

Ani Ruspitawati, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) DKI Jakarta, bertemu dengan dokter dan staf RSKD Duren Sawit untuk menyampaikan pendapatnya.

Namun saat dikonfirmasi awak media, pimpinan Dinas Kesehatan DKI Jakarta ragu mengatakan apakah pemotongan gaji yang diungkapkan pegawainya di RSKD Duren Sawit itu benar atau tidak.

“Saya ke sana hanya untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman-teman.

Ini persoalan internal, makanya kita akan bahas secara internal, “Pada dasarnya mereka hanya mengutarakan pendapat,” kata Ani.

Menurut dia, persoalan yang dilontarkan petugas RSKD Duren Sovit sudah selesai berdasarkan hasil diskusi dan hanya akan diambil tindakan lanjutan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Annie juga memastikan pelayanan kesehatan pengunjung tidak terpengaruh dengan pendapat yang disampaikan oleh petugas kesehatan dan pegawai RSKD Duren Soviet.

“Layanan tidak akan terganggu, tetap berjalan. Sudah kita bahas, sudah siap, jadi kita tinggal ikuti saja keinginan teman-teman. Itu saja,” kata Ani.

Di satu sisi, ia membantah kunjungannya ke RSKD Duren Soviet karena adanya demonstrasi, dan mengatakan bahwa ia sering datang ke sana untuk berbicara dengan petugas kesehatan.

Ani pun enggan menyebut tindakan pegawai RSKD Duren-Savit sebagai demonstrasi, karena menurutnya mereka hanya menyampaikan pendapat dan saran atas kejadian tersebut.

“Kami akan mendengarkan dan mendiskusikan apa yang bisa menjadi TL. Aturan mana yang merupakan aturan dan mana yang bukan? Tidak ada yang serius, kalau kita bahas biasanya ada yang salah,” ujarnya.

Sementara itu, saat terkonfirmasi kasus serupa, Direktur RSKD Duren Sovit Nikansari meminta awak media meminta konfirmasi kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID).

Nikansari mengatakan awak media dapat mengajukan pertanyaan melalui formulir PPID yang disampaikan secara online melalui situs resmi https://rsdurensawit.jakarta.go.id/ppid/.

“Kami akan menjawab dengan jelas. Karena RSKD DS sudah memiliki saluran resmi untuk menerima pertanyaan dan masukan serta memberikan klarifikasi,” kata Nikansari.

Hingga berita ini ditulis, awak media masih menunggu informasi lebih lanjut dari PPID RSKD Duren Sovit terkait dugaan pemotongan gaji ratusan pegawainya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul “Dokter dan Staf RSKD Duren Sawit Protes Dugaan Pemotongan Remunerasi”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *