TRIBUNNEWS.COM – Pelabuhan Haifa yang diduduki dilaporkan menjadi target menarik Hizbullah Lebanon sebagai pembalasan atas terbunuhnya komandan Fouad Shoukry di Beirut, Lebanon, pada Selasa malam (30/7/2024).
Hizbullah sebelumnya merilis video drone Hoopoe yang menunjukkan kawasan pelabuhan Haifa.
Media Israel Ma’ariv melaporkan bahwa Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Israel dan menggambarkan skenario hari-hari pertama serangan Hizbullah di Haifa sebagai skenario yang mengerikan.
“Warga wilayah Haifa harus siap menghadapi skenario apa pun,” Maariv mengutip ucapan Al Mayadeen, Kamis (8/8/2024).
Maariv mengemukakan setidaknya tiga alasan mengapa Haifa merupakan target yang menarik bagi Hizbullah.
Alasan pertama adalah Haifa adalah kota terbesar ketiga dengan populasi 300.000 orang atau lebih.
Kedua, Haifa memiliki fasilitas strategis yang besar seperti pelabuhan, kilang minyak, barak tentara, pabrik pertahanan dan pembangkit listrik, serta fasilitas penyimpanan bahan berbahaya yang besar.
Sementara itu, kemungkinan alasan ketiga penyerangan ke Haifa adalah Hizbullah yakin Israel belum siap menghadapi perang skala besar.
Israel memindahkan bahan-bahan berbahaya dari Haifa untuk mencegah kerusakan besar.
“Dilaporkan bahwa kontainer berisi zat berbahaya diturunkan di Teluk Haifa minggu ini, dan Wakil Wali Kota Sarit Golan mengatakan bahwa semua persiapan telah dilakukan,” lapor Ma’ariv. katanya. Tentara Israel secara aktif berlatih dan bersiap menghadapi skenario terburuk
Setidaknya antara bulan Juni dan Juli, militer Israel dan lembaga lainnya melakukan latihan bersama yang mensimulasikan skenario yang bisa jauh lebih berbahaya dan berbahaya dibandingkan operasi banjir Al Aqsa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Latihan militer diadakan di kamp Syura, markas Rabi Militer, markas Tziporit dan markas Komando Front Dalam Negeri.
Tentara Israel bekerja sama dengan Kepala Departemen Sumber Daya Manusia, Kepala Departemen Investigasi dan Intelijen Polisi Magen David Adom (MDA), ZAKA, Kementerian Dalam Negeri dan pejabat lainnya.
Maariv menyampaikan kebingungan mengenai jumlah korban tewas di Israel: “Fokus tentara Israel dalam mencerna sejumlah besar jenazah menyusul ketidakkonsistenan antara berbagai jenazah pada tanggal 7 Oktober mempengaruhi proses identifikasi waktu nyata.”
Selain itu, tentara Israel sedang mencoba menciptakan sistem terpadu di semua institusi untuk menghindari kebingungan mengenai penerimaan jenazah dan pendaftaran.
Israel saat ini waspada terhadap serangan balik dari Iran dan Hizbullah.
Sebelumnya, pemimpin agama Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji akan membalas dendam kepada Ismail Haniye, kepala biro politik kelompok Hamas, atas ledakan yang terjadi pada pagi hari tanggal 31 2024 di Teheran, ibu kota Iran. .
Beberapa jam lalu, Israel melancarkan serangan udara di Beirut, Lebanon, pada Selasa (30/7/2024) malam, menewaskan Fuad Shukri, komandan kelompok Hizbullah.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah telah menargetkan Israel dengan serangan di perbatasan utara Israel dan sasaran militer Israel di wilayah utara Palestina yang diduduki untuk mendukung Palestina.
Sementara itu, Israel terus melanjutkan agresinya di Jalur Gaza, dan sejak Sabtu 10 Juli 2023 hingga Rabu 8 Juli 2024, jumlah korban tewas warga Palestina melebihi 39.677 orang dan 91.645 orang luka-luka. Anadolu Agency melaporkan 1.147 orang tewas di Israel.
Hingga akhir November 2023, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina, Israel memperkirakan Hamas masih menyandera sekitar 120 sandera, hidup atau mati, di Gaza.
(Tribunnews.com/Unitha Rahmayanti)
Berita lainnya tentang konflik Palestina-Israel