Koresponden Tribunnews.com Da Nang Triatmojo melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan kunjungan bisnis ke Bangkok, Thailand pada Senin (22/22) untuk menghadiri Sidang Komisi ke-80 Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UN-ESCATO ). ). 4/2024).
Pertemuan tersebut mendorong kerja sama antar negara di kawasan Asia-Pasifik untuk mempromosikan penggunaan inovasi digital guna mempercepat implementasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Retno mengatakan, pada tahun ini Indonesia mengadakan side event pada 24 April 2024 dengan tema “Accelerate Ocean-Based Climate Action”.
Berbicara dalam sebuah forum di Bangkok, Retno mengatakan hal tersebut harus dijadikan sebagai dorongan positif sebagai tiket emas untuk menjadi yang terdepan dalam mencapai percepatan transformasi 10 tahun akibat pandemi Covid-19 di kawasan Asia-Pasifik. . pembangunan berkelanjutan. dalam skala global.
Selain itu, Forum Ekonomi Dunia memperkirakan bahwa ekonomi internet di Asia Tenggara akan mencapai $1 triliun pada tahun 2030.
Saya juga menyampaikan bahwa perkembangan positif ini harus menjadi ‘tiket emas’ kita untuk menjadi yang terdepan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan secara global,” kata Retno dalam keterangannya, Senin (22/4/2024).
Meski begitu, Retno mengatakan muncul paradoks di kawasan Asia-Pasifik, dimana laporan PBB menunjukkan bahwa kawasan Asia-Pasifik tertinggal 32 tahun dalam mencapai pembangunan berkelanjutan pada tahun 2062 akibat konflik di berbagai belahan dunia dan Covid-19. . 19 pandemi.
Dalam hal ini, Indonesia mengedepankan pentingnya inovasi digital dalam menjembatani kesenjangan tersebut.
Sehubungan dengan itu, Retno dari Indonesia mengumumkan 3 langkah kerja sama untuk mempromosikan inovasi digital inklusif di kawasan Asia-Pasifik dalam pernyataannya di forum tersebut.
Langkah-langkah tersebut termasuk mengembangkan peta jalan digital yang terintegrasi, diikuti dengan mendorong inklusi digital untuk menjembatani kesenjangan digital.
Hal ini disebabkan adanya kesenjangan gender dalam penggunaan internet di kawasan Asia-Pasifik. Jumlah pengguna internet perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Kesenjangannya 264 juta orang atau 6 persen.
Tak hanya itu, kualitas internet juga belum merata dan terdapat kesenjangan akses internet antara pedesaan dan perkotaan.
“Oleh karena itu, kita perlu menerapkan berbagai inovasi digital yang inklusif, termasuk berinvestasi di berbagai fintech dan startup yang dipimpin perempuan, mendorong peningkatan infrastruktur digital, dan memperluas akses pelatihan literasi digital,” ujarnya.
Langkah ketiga adalah memastikan penggunaan teknologi transformatif untuk menjaga perdamaian dan kesejahteraan.
Misalnya, keberadaan kecerdasan buatan atau kecerdasan buatan memberikan dimensi baru pada hubungan antara teknologi dan geopolitik.
Penggunaan kecerdasan buatan bisa berdampak baik atau buruk dan dapat memperdalam persaingan global.
Oleh karena itu saya menekankan pentingnya tata kelola daerah untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan teknologi berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan yang meningkatkan taraf hidup masyarakat, kata Retno.