Melaporkan dari Koresponden Tribune News, Mario Christian Samampo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UGM, Sigit Rianto menilai pentingnya pendekatan holistik dalam memikirkan solusi permasalahan Palestina-Israel. Sebab meredam konflik kedua negara bukanlah hal yang mudah.
Saat menjadi narasumber pada Pusat Kajian Demokrasi, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia (PANDEHA) dan Fakultas Hukum dan Kajian Keadilan Sosial Fakultas Hukum, dalam diskusi online bertajuk “Prediksi Masa Depan Palestina”. , Universitas Gadjah Mada.
Menurut Segit, pendekatan ini penting untuk diterapkan di masa depan, mengingat dukungan terhadap kemerdekaan Palestina saat ini semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di kalangan masyarakat sipil dan kampus.
“Sejauh ini sembilan negara anggota G20 dan 72 persen anggota PBB telah mengakui Palestina. Secara keseluruhan, sebagian besar komunitas internasional mendukung dan mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.”
Dia menambahkan: “Selain meningkatnya dukungan dari masyarakat sipil dan universitas yang mendukung dan memperkuat posisi Palestina di kawasan, mereka juga mengkritik tindakan Israel yang bertentangan dengan hukum internasional, peradaban dan nilai-nilai kemanusiaan internasional.”
Persoalan Palestina-Israel dinilai sangat rumit dalam konteks konflik hingga saat ini karena adanya kesepakatan dan perjanjian yang terus berlanjut dan tidak terlihat adanya akhir. Terkait masalah kemanusiaan, Seigit mengatakan memang ada kurangnya kepatuhan Israel terhadap ketentuan hukum internasional yang berlaku.
“Ini menunjukkan kompleksitas analisis masalah Palestina-Israel dan pencarian solusi bagi masa depan bangsa dan negara Palestina,” ujarnya.
“Jika kita melihat peristiwa dan perkembangan dari waktu ke waktu, kita akan melihat bahwa memang ada krisis kemanusiaan dan banyak aturan hukum internasional yang dibuat setelah Perang Dunia Kedua, misalnya hukum humaniter dan penerapan hukum perang yang dilanggar. .” lanjutan