Laporan reporter Tribunnews.com Nitis Havaro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Aliran modal asing pada Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp 19,77 triliun pada Minggu kedua Mei 2024, kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warzio.
Menurut Perry, kondisi global dan makroekonomi mengalami perkembangan positif pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 23 April 2024.
Hal ini membuktikan efektivitas kebijakan BI dalam menjaga stabilitas perekonomian dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Berdasarkan data transaksi minggu 1 dan minggu 2, SRBI melihat aliran modal asing sebesar Rp19,77 triliun, dengan Minggu 1 Mei dan Minggu 2 Mei sebesar Rp19,77 triliun di SRBI, kata Perry dalam konferensi pers di kantornya. . . , Rabu (8/5/2024).
Perry menjelaskan pada minggu pertama Rp 19,77 triliun, disusul Rp 3,58 triliun. Jadi totalnya Rp 19,77 triliun.
Sedangkan berdasarkan data Bank Indonesia per 23 April 2024, data SRBI tercatat sebesar Rp393,66 triliun. Sedangkan Surat Berharga Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) sebesar 1,886 miliar dolar Amerika Serikat (AS), Sukuk Bank Indonesia Devisa (SUVBI) sebesar 334 juta dolar AS, dan kepemilikan instrumen SRBI non residen sebesar Rp 71,55 triliun.
Sebelumnya, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI rate menjadi 6,25 persen.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen, kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (24/4/2024).
Oleh karena itu, dengan kenaikan BI rate sebesar 25 basis poin, maka suku bunga fasilitas simpanan akan meningkat menjadi 5,50 persen dan suku bunga fasilitas pinjaman meningkat menjadi 7,00 persen.
Perry menjelaskan alasan kenaikan suku bunga adalah untuk memperkuat stabilitas rupee terhadap kemungkinan memburuknya risiko global.
Nantinya, kata Perry, termasuk kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran progresif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
“Langkah-langkah proaktif dan berwawasan ke depan akan diambil untuk memastikan inflasi tetap berada dalam target 2,5±1 persen pada tahun 2024 dan 2025,” tambah Perry.