Golkar, PKB, dan PKS Mulai ‘Goyang’ Jelang Pilkada dan Pengumuman Calon Menteri Prabowo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tiga partai politik, Golkar, PKB, dan PKS “terhuyung-huyung” jelang dua perhelatan politik penting dalam negeri.

Pertama, menjelang pendaftaran calon kepala daerah pada 27 Agustus 2024.

Kedua, sebelum pengumuman nama-nama calon menteri menjelang pelantikan Presiden baru terpilih Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024.

Status tiga partai politik saat ini: 1. Partai Golkar

Setelah Ketua Umum Airlanga Hartarto mengundurkan diri secara tiba-tiba, Partai Golkar mengalami gejolak yang tidak terduga.

Berbagai spekulasi muncul terkait pengunduran diri Airlangag.

Masalah dengan mengganggu hal itu.

Meski demikian, Airlanga menyatakan niatnya mundur sebagai Ketum Golkar demi menjaga integritas partai dan menjamin stabilitas transisi pemerintahan dalam waktu dekat.

“Untuk menjamin stabilitas transisi pemerintahan dalam waktu dekat, keutuhan Partai Golkar akan tetap terjaga,” jelasnya.

Mantan Ketua Umum Golkar Yusuf Kala (JK) menilai mundurnya Airlanga bukan karena gejolak internal di Partai Golkar.

Namun hal ini disebabkan oleh tekanan kuat dari pihak luar.

Zh.K. Tidak dijelaskan siapa tokoh non-partai yang melakukan tekanan tersebut.

Kepercayaan terhadap JK didasarkan pada persetujuan internal Partai Golkar untuk menggelar Musyawarah Nasional (Munas) pada Desember 2024.

“Harusnya ada tekanan lebih (untuk mencopot Irlanga) karena dari faktor internal saya yakin tidak akan ada (tekanan terhadap Irlanga) karena semua sudah sepakat (Munas) Desember nanti. Tiba-tiba keputusan ini dibuat.” .” dikutip dari YouTube Metro TV, Minggu (8/11/2024).

Seperti diketahui, calon kepala daerah yang akan mengikuti Pilkada 2024 akan didaftarkan pada 27-29 Agustus 2024.

Namun, belum diketahui kapan Kongres Luar Biasa Nasional Partai Golkar (Munaslub) akan digelar.

Munaslub Golkar akan memilih ketua partai baru.

Jika Munas digelar sebelum calon kepala daerah terdaftar di KPUD, besar kemungkinan pimpinan baru akan mengubah rekomendasi Golkar kepada calon kepala daerah.

Begitu pula jika Munas Golkar digelar sebelum 20 Oktober 2024, sebelum pelantikan Presiden Prabovo, maka Ketum Golkar yang baru berhak mengajukan calon menteri. 2. Partai Kebangkitan Rakyat (PKB)

PKB belakangan ini bentrok dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Konflik antara PBNU dan PKB muncul di beberapa titik, termasuk pada Pilpres 2024. dan pembentukan Komite Haji khusus Republik Korea.

Konflik terbuka ini ditandai dengan pernyataan Ketua PBNU Gus Yahya dan Ketua PKB Jenderal Chak Imin.

PBNU juga membentuk panitia khusus (Pansus) yang bertugas menyelidiki hubungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

PKB akan menggelar Kongres PKB ke-6 pada 24-25 Agustus 2024. di Bali. 

Namun PKB membantah bahwa suasana spiritual PKB tidak sama dengan Golkar.

Menanggapi pertanyaan mengenai dinamika Airlanga Hartarto pasca Golkar mundur sebagai Ketua Umum partai, ia mengatakan hal itu terjadi karena adanya campur tangan pihak luar.

“Itulah mengapa tidak ada perempuan. Saya kira kalau PKB, ini dinamika di Golkar,” kata Sekretaris DPP PKB Zainul Munasichin, Senin (12/8/2024) di Gedung DPP PKB, Jakarta Pusat.

Zainul sendiri menilai apa yang terjadi di Golkar sama halnya dengan di negara mana pun.

Insya Allah muktamar PKB akan berlangsung damai, aman dan bahagia. Jadi tidak perlu khawatir,” tutupnya.

Seperti diketahui, belakangan PKB dikabarkan bakal menggandeng KIM Plus untuk mendukung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024.

Ada pula rumor yang menyebutkan PKB akan bergabung dengan koalisi pemerintahan Prabovo-Gibran. 3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)

Jelang Pilkada 2024, PKS mendapat sorotan karena berpotensi membatalkan penerimaan Anies Baswedan terhadap Pilkada Jakarta 2024.

PKS tengah menjajaki hubungan dengan Koalisi Indonesia Progresif (KIM) untuk Pilkada Jakarta 2024. 

Jika itu terjadi, PKS Jakarta akan mendukung Ridwan Kamil di Pilkada.

Masa pencalonan Anies Baswedan-Sohibul Iman telah berakhir pada 4 Agustus sehingga opsi tersebut kini menjadi fokus PKS. 

KPK mengaku sejauh ini belum ada partai politik (parpol) yang resmi mendukung pasangan Anies-Sohibul. 

Anies yang sebelumnya berkomitmen pada PKS juga gagal mendapatkan tempat sehingga berhak maju ke Pilkad Jakarta 2024. 

“Ini opsi kedua yang akan kita pelajari, diskusikan dan pendalaman hingga 4 Agustus. Saat itu pimpinan kami berkomunikasi dengan pimpinan partai politik lain, seperti Aliansi Indonesia Progresif,” kata Juru Bicara PKS M Holid. , PKS, Jakarta Selatan, Sabtu (10/8/2023).

Anies Baswedan mengaku kaget dengan tenggat waktu tersebut.

“Kenapa kamu terkejut? Karena ini tidak pernah dibahas, setahu saya tidak pernah ada batas waktu SK (surat keputusan) partai lain,” kata Anies dalam rekaman audio kepada Ketua DP PKS itu. , Khoyrudin, dikutip KompasTV, Senin (8/12/2024).

Pada Minggu (8 November 2024), sejumlah orang menyerbu gedung DP Partai Keadilan Progresif (PKS) di Jalan TB Simatupang, Jakarta.

Massa meminta PKS mendukung calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Pilkada 2024.

Musa, perwakilan masyarakat, mengaku kedatangannya tidak mewakili relawan atau badan lain yang mendukung Anies.

Dia datang sebagai warga Jakarta, dan Anies ingin kembali memerintah Jakarta.

“Kami hanya mewakili masyarakat Jakarta, Pak. Tidak, kami tidak membawa nama koalisi karena kami ingin relawan membawa nama relawan. Bergabunglah dengan kami. Jadilah warga Jakarta yang ingin mendukung Anies Baswedan. Jadi kami tidak akan mengimpor unsur atau organisasi,” kata Musa dalam konferensi pers.

Lantas, PKS Jakarta akan memilih Anies atau Ridwan Kamil untuk Pilkada?

Ataukah PKS punya calon lain? 

Tentu saja, dinamika politik saat ini masih tetap ada.

“Saya menyebutnya dinamis. Masih luar biasa, apalagi PKS yang belum dilantik,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Saiful Hooda di markas DPP PKB. Jakarta, Senin (8/12/2024), dikutip Kompas.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *