Laporan Tribunnews.com Asiya Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kesehatan mental menjadi salah satu perhatian Generasi Z atau Generasi Z.
Oleh karena itu, Generasi Z mudah dicap sebagai “sakit jiwa”. Bukan hal yang aneh jika Generasi Z mengalami lebih banyak trauma emosional dibandingkan generasi sebelumnya.
Mengenai hal tersebut, psikiater RS Nirmala Suri dr. Taufik Ismail Sp.K.J. menemukan bahwa pola pikir generasi Z tidak jauh dari peran keluarga dan lingkungan.
“Peran keluarga dan lingkungan sosial dalam mendukung kesehatan mental generasi Z penting, tentunya penting,” ujarnya di kanal YouTube Health Tribune, Jumat (14/6/2024).
Sebab, keluarga merupakan “sekolah pertama” bagi seorang anak.
Selain keluarga, situasi pertama anak dan remaja dibentuk oleh situasi sosial.
Ketika anak tumbuh di tempat atau keluarga yang sering terjadi kekerasan, baik disadari atau tidak, hal itu akan membekas dalam ingatan.
“Dan itu akan efektif, apakah dia masih muda atau sudah tua. Nanti lihat saja nanti dia menghadapi masalah,” kata Tawfik.
Bisa jadi juga anak tidak menyukai perilaku atau sikap orang tuanya.
Namun, lambat laun ia belajar dari perilaku orang tuanya saat ada tekanan yang menimpanya.
“Misalnya orang tuanya mudah marah, tidak suka ikut campur. Tapi kalau sudah besar, pola ini ditiru tanpa disengaja. Jadi penting sekali bagi orang tua untuk memberikan contoh yang baik kepada anaknya.” Dia berkata. dia berkata.